Gunakan Batik Bernuansa Lokal, Kepsek dan Guru Terapkan Budaya 3S di SMAN 1 Gowa

GOWA, SULAWESION.COM— UPT SMAN 1 Gowa menerapkan budaya Senyum, Sapa dan Salam (3S) khususnya kepada peserta didik di lingkungan sekolah.

Nampak Kepala SMAN 1 Gowa, Islamuddin, S.Pd, M.Pd beserta guru lainnya berbaris di halaman sekolah dengan menggunakan batik bernuansa lokal, sambil menyambut siswa dengan budaya, senyum, sapa dan salam.

Bacaan Lainnya

Budaya 3S dan pemakaian batik bernuansa lokal, sejalan dengan Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, Dr. Setiawan Aswad, M.Dev, Plg.

Islamuddin saat ditemui mengatakan bahwa, budaya senyum, sapa dan salam ini merupakan bagian dari pembinaan karakter, dalam rangka menjalin hubungan emosional yang lebih erat antar siswa dengan guru dan seluruh personil sekolah.

“Jadi tujuannya bagaimana kita membangun keakraban satu sama lain, kita saling memiliki, sehingga akan menjadi harapan kita bersama kedepan dalam memajukan karakter siswa yang lebih baik,” ujar Islamuddin, Kamis (23/02/2023).

Selama 4 (empat) bulan saya berada di SMAN 1 Gowa, mulai Oktober 2022, kami langsung menyampaikan dan menghimbau kepada teman-teman guru dan seluruh warga sekolah, untuk setiap hari menyambut kedatangan siswa di pintu gerbang, dengan menyalami, menyapa dan memberikan senyuman.

“Tidak hanya kepada guru saja siswa kami melakukan senyum, sapa dan salam, akan tetapi seluruh tamu dari luar sekolah siswa kami melakukan budaya 3S,” imbuhnya.

Selain itu, penggunaan baju batik bernuansa lokal yang kami kenakan hari ini, untuk menindaklanjuti Surat Edaran dari Pak Kadis.

Oleh karena itu, kami menyambut baik penggunaan baju batik baik itu ASN maupun Non ASN, karena bagaimana kita menjaga kearifan lokal kita.

“Kearifan lokal itu kita bisa maknai sebagai upaya untuk menjaga, mempertahankan dan melestarikan budaya lokal kita, termasuk penggunaan baju batik yang menjadi ciri khas warga Sulsel dan Gowa pada khususnya,” jelas Islamuddin, yang merupakan mantan Kepala UPT SMAN 8 Gowa.

“Tentunya kami berharap, tidak hanya guru saja yang memiliki kearifan lokal, tetapi kami menghimbau agar seluruh siswa kami untuk memiliki kearifan lokal,” sambungnya.

Sedangkan menindaklanjuti Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Bahasa Daerah, yang mewajibkan pelajaran muatan lokal (Bugis, Makassar dan Toraja) wajib di hari Rabu, mendapat respon positif dari Islamuddin.

Menurutnya, Minggu lalu kami sudah lakukan dan praktekkan, termasuk kemarin hari Rabu sudah menggunakan bahasa daerah.

“Jadi setiap hari Rabu, kami akan berupaya untuk menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar dalam proses pembelajaran di sekolah,” ungkap Islamuddin.

“Dengan adanya pemakaian batik ini, tentunya kami berharap tenaga pendidik dan kependidikan secara perlahan harus menggunakan baju batik, sehingga kearifan lokal ini muncul dari guru dan bisa secara perlahan ditiru oleh siswa kami di sekolah,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *