Fabianus Liow: Filosofi ODSK Dasar Pemilih Pemula Tentukan Sikap Politik

 

MANADO, SULAWESION.COM – Sikap politik setiap orang menjadi hak pribadi yang digunakan untuk menentukan pilihan saat pesta demokrasi.

Bacaan Lainnya

Hal ini dikatakan langsung Ketua Umum Jaringan Anak Milenial (JAM) Sulawesi Utara (Sulut) Hebat Fabianus Josua Liow kepada awak media, Kamis (31/8/2023).

Menurut Liow hanya saja sikap politik bagi para pemilih pemula alangkah baiknya bersandar pada filosofi politik Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Drs Steven OE Kandouw (ODSK) yaitu Kepemimpinan adalah Teladan.

Filosofi politik ODSK tersebut, ungkap Liow, paling ideal bagi kaum milenial menjelang pesta demokrasi di tahun 2024 mendatang.

“Filosofi ini sangat mempengaruhi pemilih pemula dalam menentukan sikap politik,” ungkapnya.

Liow menambahkan berbagai partai politik perlu menerapkan filosofi Kepemimpinan adalah Teladan, termasuk lembaga-lembaga pendidikan tinggi bahkan lembaga penyelenggara pemilu, di antaranya Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai bahan edukasi para pemilih pemula.

“Bahkan hal yang paling penting dimana sikap berpolitik bersih, sehat dan santun dapat menjadi bagian dalam proses politik melalui pendidikan politik yang dimaksud dapat tercapai,” tambahnya.

Liow kemudian menyentil keberhasilan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang harus diakui, dimana Jokowi memenangi pertarungan politik dengan berpegang pada filosofi politik ‘Kepemimpinan adalah Teladan’.

Filosofi ini dinilai berhasil menjadi inspirasi rakyat dalam memilih pemimpin dan menjadi dominan serta menang secara ideal.

Mengapa? Karena mayoritas rakyat melihat lembaga politik terkecil harus beres dan benar serta harus jadi panutan dalam masyarakat.

“Ini yang sangat urgen karena pengalaman masa lalu dan realitas politik saat ini tidak bisa dibohongi dan itu mulai dari keluarga dalam lingkungan sosial, budaya dan agama,” sebutnya.

Liow menjelaskan hal lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana pemimpin benar-benar menjadi pelayan masyarakat, bersikap aspiratif dalam mendengarkan tuntutan masyarakat dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Ia beralasan bilamana pemimpin politik tidak demikian, maka pemimpin tersebut akan melahirkan kemiskinan bagi masyarakat dalam kepemimpinannya.

“Isu penanganan masalah pendidikan, kesehatan, kemiskinan ekstrem, pengangguran dan cipta kondisi masyarakat untuk rasa aman dan nyaman harus menjadi fokus perhatian kita,” jelasnya.

Liow membeberkan jika fenomena politik saat ini beragama dan kompleks, tokoh politik mulai memainkan politik tidak santun seperti mau menolong rakyat dengan melanggar aturan, memainkan peran yang tidak seharusnya karena aji mumpung, manipulatif serta cenderung menghalalkan segala cara.

“Masyarakat seolah-olah mampu dibodohi dan didustai tanpa merasa bersalah bahkan aparat seolah-olah mudah diatur dan kecenderungan fatal adalah memaksakan kehendak politik dengan melanggar etika politik dan etika hukum yang berlaku dalam masyarakat,” bebernya.

Hal-hal inilah menurut Liow yang perlu dicermati oleh lembaga penyelenggara pemilu agar para pemilih pemula tidak dipengaruhi budaya politik busuk.

(Noufryadi Sururama)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *