MAROS,SULAWESION.COM— Kemeriahan Festival Aksara Lontaraq atau FALAQ kembali menyapa pecinta budaya di Sulawesi Selatan. Setelah sukses tiga tahun berturut-turut, kini FALAQ 2023 akan digelar di Kabupaten Maros. Panitia Festival, bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Maros, serta Pemerintah Daerah, menetapkan Gedung Serba Guna Jalan Asoka Turikale sebagai pusat kegiatan pada 19-20 November mendatang.
FALAQ 2023 mengambil tema Penerapan Perda Literasi Aksara Lontaraq, yang baru disahkan oleh DPRD Provinsi Sulawesi Selatan pada 15 Juni 2023. Maros menjadi pionir dalam menerapkan Perda ini, mengukuhkan peran daerah tersebut dalam dunia literasi dan kebudayaan.
“Semoga ini makin menguatkan peran-peran Maros dalam dunia literasi dan kebudayaan.” Tahun ini, rangkaian kegiatan FALAQ melibatkan Seminar Internasional, Lomba Mewarnai Aksara Lontaraq untuk Anak-Anak Usia Dini, Lomba Lagu Daerah, Fashion Show, Pemilihan Duta Lontaraq, serta Pameran Perpustakaan UMKM dan Ekonomi Kreatif,” ujar Penggagas FALAQ, Upi Asmaradhana.
Sementara itu, Bupati Maros, Chaidir Syam, mengapresiasi kepercayaan yang diberikan kepada Maros sebagai tuan rumah.
“Kami berterima kasih Maros dipercaya sebagai tuan rumah Festival Aksara Lontaraq ke-4 tahun ini. Semoga kami bisa memberi kontribusi nyata dalam melindungi aksara Lontaraq yang merupakan salah satu warisan leluhur kita.”
Menurut Bupati, FALAQ 2023 diikuti oleh 15 Kabupaten dan Kota se-Sulawesi Selatan, serta sejumlah penerbit, Badan Usaha, dan Kelompok Ekonomi Kreatif. Yudisthira Sukatanya, Kurator FALAQ 2023, berharap festival ini akan menjadi bagian dari gerakan kebudayaan untuk menjaga tradisi aksara Lontaraq.
“Kita punya kewajiban moral menjaga warisan leluhur kita, terutama dalam menerapkan Perda Aksara Lontaraq di masyarakat.”
FALAQ sendiri telah menjadi ajang tahunan sejak 2020, dengan peningkatan peserta dari 17 negara pada tahun pertama menjadi lebih dari 1.800 peserta.
“Tahun ini, FALAQ diharapkan menjadi wadah sosialisasi Perda dan partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakannya. Festival ini bukan hanya sebagai upaya melestarikan warisan budaya, tetapi juga sebagai jawaban atas prediksi peneliti bahwa aksara Lontaraq akan punah jika tidak dilestarikan,” katanya. (*)