Petani Milenial Bolmut ‘Antara Ada Dan Tiada’

Tampak salah satu petani Milenial di Kabupaten Bolmut. Selain beraktivitas di kebun dirinya juga melakukan aktivitas pertanian mengelola padi sawah. (Foto Fandri Mamonto)

BOLMUT,SULAWESION.COM– Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia (RI) menyebut peran pemuda atau petani milenial sangat penting dalam mendukung pembangunan pertanian.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen (BPSI) Tanaman Rempah, Obat dan Aromatik (TROA) Kementan RI, Evi Savitri Iriani.

Bacaan Lainnya

Menurutnya peran petani milenial sebagai sumber inovasi berbagai teknologi pengembangan pertanian.

“Baik budidaya, pra tanam, panen, pasca panen dan pemasaran,”ujarnya dalam Focus Group Discussion (FGD) peta jalan swasembeda pangan: keamanan, ketahanan dan kedaulatan pangan di Bolaang Mongondow Raya yang diselenggarakan oleh kawan perubahan, Rabu 2 Oktober 2024 di aula Bapelitbang Bolmut.

FGD peta jalan swasembeda pangan: keamanan, ketahanan dan kedaulatan pangan di Bolaang Mongondow Raya yang diselenggarakan oleh kawan perubahan, Rabu 2 Oktober 2024 di aula Bapelitbang Bolmut. (Foto Fandri Mamonto)

Petani milenial juga sebagai agen perubahan dalam transformasi pembangunan pertanian menuju sistem pertanian modern.

“Sebagai pendamping petani dalam menerapkan praktek budidaya dan pasca panen,”kata Evi.

Selanjutnya, sebagai aktor intelektual yang menginisiasi praktek-praktek bisnis dan pengembangan usaha pertanian.

“Sebagai pelaku usaha pertanian modern atau wirausaha muda,”jelasnya.

Petani Milenial di Bolmut Capai 10.792 Orang

Sementara itu dilansir dari pertanian.go.id berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah petani muda di Indonesia saat ini masih sedikit baru 21,93 persen atau sebanyak 6.183.009 orang.

Rendahnya jumlah pemuda untuk terjun ke sektor pertanian mungkin karena ada stigma yang melekat pada sebagian masyarakat petani berpendapatan rendah.

Selanjutnya kurang menarik, akses permodalan susah, dan generasi petani terdahulu  memiliki skill serta pengetahuan yang rendah.

Menurut Permentan No 04 tahun 2019 pasal 1 menyebutkan petani milenial adalah petani berusia 19 tahun sampai dengan 39 tahun dan/atau petani yang adaptif terhadap teknologi digital.

Sekitar 15 Hektar Tanaman Padi Sawah Ollot-Sonuo Diserang Hama, Petani Terancam Merugi

Di Kabupaten Bolmut sendiri berdasarkan data BPS jumlah petani milenial mencapai 10.792 orang dengan rincian laki-laki 10.320 orang dan perempuan 472.

Sementara itu, Kepala bidang prasarana, sarana dan penyuluh dinas pertanian Bolmut Syarifuddin mengatakan petani milenial di Bolmut sebenarnya banyak tapi menyebar.

“Sekarang data kelompok petani melenial di Bolmut masih gabung dengan kelompok tani konvensional dan belum terpisah karena petani melenial susah didapatkan dalam satu hamparan umummnya melenial, melainkan usaha taninya terpisah-pisah,”katanya.

Petani Millenial dan Perubahan Iklim

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mendorong petani millenial untuk sadar iklim guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya produksi pertanian.

“Di tengah ancaman krisis pangan yang melanda dunia akibat perubahan iklim, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional,”ujarnya dilansir dari laman BMKG.

Petani milenial Indonesia memiliki potensi besar untuk membantu pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Mereka, kata dia, yang akan mengusung generasi emas di 2045.

“Sektor pertanian sangat berhubungan erat dengan keadaan cuaca dan iklim dan dampak buruk kejadian ekstrem cuaca/iklim dapat mengakibatkan penurunan produksi secara kuantitas maupun kualitasnya,”ujarnya.

Selanjutnya, berkembangnya hama penyakit disebabkan tidak berjalannya pola tanam yang baik, yang kemudian dapat mengancam ketahanan pangan nasional.

“Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen”katanya.

Petani millenial harus mendapat pemahaman yang cukup tentang cuaca dan iklim, agar mereka bisa menyusun perencanaan strategi dan langkah-langkah apa yang harus disiapkan dilakukan bila sewaktu-waktu terjadi kekeringan atau kondisi ekstrim seperti banjir dan lain sebagainya yang bisa berakibat gagal panen.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *