Sulut “Rumah Ramah Tuli”: Kesetaraan dan Terbebas Diskriminasi

Peringatan Hari Tuli Nasional 2025 di Taman Kesatuan Bangsa (TKB), Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu 11 Januari. (Foto: Ist)

MANADO, SULAWESION.COM – We Organizer Independent bersama gerakan untuk kesejahteraan tunarungu Indonesia (Gerkatin) Sulawesi Utara (Sulut), Pusat Bahasa Isyarat Indonesia, dan Cupable melaksanakan peringatan Hari Tuli Nasional 2025 di Taman Kesatuan Bangsa (TKB), Kota Manado, Sabtu (11/1).

Mengusung tema “Sulut Rumah Ramah Tuli”, kegiatan itu didukung oleh berbagai organisasi dan komunitas diantaranya PMII Cabang Metro Manado, IMM Manado, HWDI Sulut, Manado Disability Community, Brillyant Sulut, LBH Manado, Pengurus Pusat Pemuda Katholik, BPK Oi Manado, Samsara, dan Manado Koe Photo Studio.

Bacaan Lainnya

Peringatan Hari Tuli Nasional 2025 itu dirangkaikan dengan beberapa agenda, seperti pelatihan bahasa isyarat dan bazar oleh kelompok disabilitas di Sulut.

Head Creative We Organizer Independent (WOI), Dea Christy sebagai pelaksana kegiatan mengungkapkan, tanggal 11 Januari merupakan Hari Tuli Nasional. Kampanye kritis bahasa isyarat harus terus digalakkan, agar masyarakat melek tentang bagaimana kondisi yang dialami tunarungu di Indonesia, khususnya di Sulut.

“Selain untuk memperingati Hari Tuli Nasional yang diperingati setiap tanggal 11 Januari tiap tahunnya, namun juga untuk turut mengkampanyekan terkait bahasa isyarat yang masih minim dipahami oleh masyarakat umum,” ungkap Dea.

Dea menjelaskan, diskriminasi terhadap kelompok disabilitas masih kerap terjadi, apalagi di era digital saat ini.

Narasi “Sulut Rumah Ramah Tuli” pun adalah langkah konkret menjawab kompleksitas kelompok disabilitas untuk melawan stigma negatif yang menjamur di masyarakat.

“Dengan harapan besar agar kedepannya banyak yang terpanggil dan ingin belajar lebih dalam, sehingga “Sulut Rumah Ramah Tuli” dapat diwujudkan bersama, terlebih khusus untuk kawula-kawula muda,” jelas Dea.

“Bahwa berbahasa isyarat itu keren loh. Enggak sebatas mengasihani atau justru menjadi orang yang turut mendiskriminasi teman-teman disabilitas, tapi bangkit dan membangun trend baru di era serba digital ini,” sambungnya.

Sementara itu Ketua Gerkatin Sulut, Jois Lolowang menyayangkan minimnya aksesibilitas tunarungu di sektor pendidikan maupun pekerjaan. Persoalan klasik yang belum tuntas diperhatikan pemerintah dan pemangku kebijakan.

“Dengan adanya kegiatan ini tentunya selaras dengan apa yang menjadi perjuangan dari Gerkatin, yaitu mengkampanyekan tentang kesempatan pendidikan, pekerjaan dan aksesibilitas yang sama bagi tunarungu. Serta kesetaraan bahasa isyarat agar dapat menciptakan rasa aman dan nyaman, juga dunia yang setara dan terbebas dari diskriminasi terhadap siapapun, khususnya teman-teman tuli,” tegas Jois.

Peringatan Hari Tuli Nasional 2025 dimulai sejak pukul 16.00 Wita dan dihadiri kurang lebih 150 orang dari berbagai kalangan masyarakat, lembaga, dan organisasi.

(***)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *