Blora Luncurkan Model Sekolah Inklusif: Bupati Dampingi Siswa dan Orang Tua Keluar dari Lingkaran Kemiskinan

Bupati Blora, Arief Rohman temui Siswa SRMA 18

BLORA,SULAWESION.COM — Pemerintah Kabupaten Blora mengambil langkah strategis dalam upaya memutus rantai kemiskinan dengan menerapkan pendekatan pendidikan dan sosial yang terintegrasi melalui Program Sekolah Rakyat Mandiri Angkatan 18 (SRMA 18). Dalam program ini, tidak hanya siswa dari keluarga miskin yang diberi akses pendidikan berkualitas, tetapi juga orang tua mereka akan mendapatkan pendampingan dan bantuan ekonomi dari pemerintah.

Hal ini ditegaskan oleh Bupati Blora, Arief Rohman, saat menghadiri penerimaan 50 siswa SRMA 18 di Pendopo Kabupaten Blora, Rabu (16/7/2025). Acara tersebut dihadiri Forkopimda Blora, jajaran OPD, perwakilan Kementerian Sosial, Pemprov Jawa Tengah, serta orang tua siswa.

“Kami tidak ingin anak-anak ini hanya dibantu dari sisi pendidikan saja, tapi juga orang tuanya. Harus ada pendampingan menyeluruh agar cita-cita mewujudkan keluarga sejahtera benar-benar tercapai,” ujar Bupati Arief.

Program Sekolah Rakyat merupakan gagasan Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan pendidikan inklusif dan berkualitas bagi anak-anak dari Desil 1 dan Desil 2, yakni kelompok masyarakat dengan tingkat kesejahteraan terendah. Selain menyediakan pendidikan formal, sekolah ini juga dilengkapi fasilitas asrama dan kurikulum pembentukan karakter.

Pemkab Blora berkomitmen untuk menindaklanjuti program ini dengan melakukan profiling mendalam terhadap seluruh orang tua siswa, guna memetakan kondisi sosial-ekonomi mereka. “Jika rumahnya tidak layak, akan kita bedah. Jika butuh permodalan, akan kita fasilitasi. Semua intervensi akan disesuaikan dengan kebutuhan riil mereka,” jelas Bupati.

Langkah ini dinilai sebagai inovasi baru dalam penanganan kemiskinan berbasis keluarga. Bupati menegaskan bahwa Sekolah Rakyat bukan hanya tempat belajar, tapi menjadi ekosistem transformasi sosial yang berdampak nyata.

Siti Kalimah, seorang ibu petani dari Banjarejo, menyampaikan rasa harunya saat anaknya, Irham Maulana, diterima di sekolah tersebut. “Saya sadar kemampuan saya terbatas. Tapi saya yakin anak saya bisa mengubah nasib keluarga lewat pendidikan. Terima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo,” ucapnya penuh emosi.

Irham, alumni SMPN 5 Blora, sempat merasa cemas saat pertama kali masuk asrama. Namun setelah dua hari, kecemasan itu berubah menjadi rasa nyaman. “Saya pikir akan susah beradaptasi, tapi teman-teman baik semua. Saya ingin jadi polisi dan membanggakan ibu saya,” tuturnya.

Senada dengan Irham, Nuril, siswi lainnya, menyatakan kebahagiaannya bisa belajar bersama teman-teman dari berbagai daerah. “Kami saling bercerita, berbagi, dan merasa diterima. Gurunya juga sangat peduli,” ujarnya.

Kepala Sekolah SRMA 18, Tri Yuli S, menjelaskan bahwa proses pembelajaran telah dimulai sejak 14 Juli 2025. Seluruh fasilitas penunjang seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, koperasi, hingga asrama khusus guru telah tersedia dan siap digunakan.

“Sekolah ini didesain tidak hanya ramah anak, tapi juga mendorong tumbuhnya karakter sosial, kemandirian, dan kesiapan menghadapi masa depan,” jelas Tri Yuli.

Saat ini, SRMA 18 menampung 50 siswa—17 putra dan 33 putri—yang tinggal di asrama dua lantai dengan fasilitas lengkap. Di dalam kompleks juga terdapat mushola, lapangan, ruang makan, UKS, dan dapur umum, menjadikannya sebagai pusat pendidikan berwawasan komunitas.

Bupati Arief menegaskan bahwa model Sekolah Rakyat di Blora ini bisa menjadi role model nasional. “Kami ingin generasi ini tidak hanya unggul akademik, tapi juga punya karakter kuat, peduli sesama, dan mampu menjawab tantangan zaman,” tandasnya.

Dengan sinergi pendidikan dan pemberdayaan ekonomi keluarga, Blora tengah membangun fondasi baru dalam penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan dan semua dimulai dari ruang kelas yang bersahaja di Sekolah Rakyat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan