Tradisi Sedekah Bumi dan Ngalungi Sapi di Blora Resmi Raih HAKI

Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, M.Si. (Dokumentasi | Ist)

BLORA, SULAWESION.COM – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Blora, Selasa (19/8/2025), tidak menyurutkan langkah ribuan warga untuk memadati sepanjang Jalan Pemuda. Mereka tumpah ruah mengikuti perayaan Sedekah Bumi 2025, sebuah tradisi sakral yang setiap tahun digelar sebagai wujud syukur atas limpahan rezeki dari bumi dan hasil panen, sekaligus dalam rangkaian peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dengan mengusung tema “Nguri-uri Budaya Menuju Sesarengan mBangun Blora Maju dan Berkelanjutan”, perayaan tahun ini tampil lebih meriah sekaligus bersejarah. Ribuan bungkus sego berkat khas Blora yang dibungkus daun jati dijejerkan di sepanjang jalan utama. Hanya dalam hitungan menit, makanan yang dibawa oleh perwakilan seluruh desa dan kecamatan itu langsung ludes dibagikan kepada masyarakat yang hadir.

Bacaan Lainnya

Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, M.Si., yang hadir langsung di lokasi bersama jajaran Forkopimda, tampak larut dalam antusiasme masyarakat. Ia bahkan berjalan menyapa warga sambil mengenakan payung di tengah hujan. “Alhamdulillah, luar biasa antusiasme warga Blora. Meski hujan, kita anggap ini hujan berkah. Semoga Blora menjadi daerah yang selalu diberkahi Allah SWT, Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur,” ujar Bupati Arief.

Acara Sedekah Bumi Blora tahun ini juga menghadirkan tradisi unik yang menjadi ikon budaya daerah, yakni Ngalungi Sapi. Seekor sapi dikalungi janur dan ketupat, lalu dilanjutkan doa bersama sebagai simbol rasa syukur dan harapan agar hasil panen, rezeki, serta kehidupan masyarakat senantiasa diberkahi. Tradisi ini telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat desa, khususnya pada bulan Suro di hari Jumat Pahing atau Selasa Kliwon.

Momentum tahun ini menjadi istimewa karena bersamaan dengan penyerahan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atas budaya Ngalungi Sapi dari Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah kepada Pemerintah Kabupaten Blora. Penetapan ini sekaligus mengukuhkan posisi tradisi tersebut sebagai warisan budaya tak benda yang kini diakui secara resmi oleh negara.

“Tradisi pengalungan sapi ini adalah kekayaan budaya Blora yang harus kita jaga bersama. Dengan adanya HAKI, identitas ini semakin kuat agar tidak diklaim pihak lain dan bisa dikenal luas, tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga nasional,” tegas Bupati Arief.

Selain masyarakat umum, perayaan Sedekah Bumi juga dihadiri pejabat dari berbagai instansi, mulai dari Forkopimda Kabupaten Blora, Sekretaris Daerah, para kepala OPD, camat, hingga kepala desa dan lurah. Kehadiran mereka semakin menegaskan bahwa budaya bukan sekadar seremoni, melainkan identitas sekaligus perekat kebersamaan masyarakat Blora.

Dengan semangat kebersamaan dan hujan yang dianggap sebagai simbol berkah, Sedekah Bumi Blora 2025 tidak hanya menjadi pesta rakyat, tetapi juga tonggak penting dalam pelestarian budaya nusantara.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan