Upaya Pemkab Sitaro Perkuat Kapasitas Nakes Untuk Penanganan Kesehatan Jiwa

Pelatihan nakes terpadu untuk kesehatan jiwa yang digelar pemerintah daerah belum lama ini. (Ist)

SITARO, SULAWESION.COM – Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) terus memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di kalangan Aparatur Sipil Negara atau ASN, khususnya mereka yang berprofesi di bidang tenaga kesehatan.

Terbaru, Dinas Kesehatan menggelar pelatihan tenaga kesehatan terpadu kesehatan jiwa yang menjadi bagian dari program peningkatan kapasitas bagi para dokter, perawat hingga psikolog klinis untuk mendeteksi, menangani dan mempromosikan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) secara terintegrasi.

Bacaan Lainnya

Adapun tujuannya dari pelatihan ini adalah untuk memperkuat layanan kesehatan jiwa primer agar tenaga kesehatan mampu melakukan surveilans, deteksi dini, promosi, wawancara psikiatrik, penatalaksanaan kasus umum dan kegawatdaruratan psikiatrik, serta rujukan sesuai kompetensi profesional masing-masing.

Wakil Bupati Sitaro, Heronimus Makainas menyatakan apresiasi terhadap Dinas Kesehatan yang telah menggulirkan kegiatan strategis itu untuk meningkatkan kapasitas para nakes yang ada.

“Pertama-tama saya mengapresiasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sitaro atas inisiasi menyelenggarakan kegiatan ini dengan dukungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,” kata Makainas.

“Semoga melalui pelatihan ini, kapasitas tenaga kesehatan kita meningkat, sehingga pelayanan kesehatan jiwa di Sitaro lebih ramah, inklusif, dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat,” sambungnya.

Menurut dia, masalah kesehatan jiwa dewasa ini menjadi isu global yang semakin penting, dimana dari catatam WHO, sekitar 25% penduduk dunia pernah mengalami satu atau lebih gangguan jiwa sepanjang hidupnya.

“Dan di Indonesia, lebih dari 19 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional, sementara lebih dari 1,7 juta jiwa mengalami gangguan jiwa berat. Kondisi ini tentu berdampak besar pada kualitas hidup, produktivitas, bahkan pembangunan bangsa,” lanjut Makainas.

Dijelaskan, gangguan kesehatan jiwa tidak hanya berimplikasi pada aspek medis, tetapi juga sosial hingga adanya kaitan dengan kekerasan, penyalahgunaan narkoba, masalah rumah tangga, hingga penurunan produktivitas.

“Sayangnya, lebih dari 90 persen pasien gangguan jiwa di negara berkembang tidak mendapatkan pengobatan yang memadai. Karena itu, penyelenggaraan pelatihan ini menjadi langkah penting untuk memperkuat layanan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan tingkat pertama, yakni puskesmas,” ungkapnya.

“Kita ingin agar tenaga kesehatan memiliki kemampuan melakukan deteksi dini, wawancara psikiatrik, penatalaksanaan gangguan jiwa yang umum ditemui, hingga penanganan kegawatdaruratan psikiatrik,” katanya lagi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan