BLORA,SULAWESION.COM – Kebanggaan besar menyelimuti Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Salah satu putri terbaiknya, Prof. Dr. Fajar Astuti Hermawati, resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya pada Selasa (16/9/2025).
Acara pengukuhan yang berlangsung di Auditorium Suparman Hadipranoto, Grha Wiyata UNTAG Surabaya, dipimpin langsung Rektor Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA., dalam sidang senat terbuka yang penuh khidmat.
“Alhamdulillah, hari ini kita mengukuhkan dua Guru Besar baru. Ini capaian luar biasa sekaligus bukti keseriusan dosen-dosen UNTAG dalam berproses secara berkualitas untuk mencapai puncak akademik,” kata Rektor Mulyanto dalam sambutannya.
Ia menegaskan, pengukuhan guru besar bukanlah akhir, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar. “Dari sinilah lahir inovasi, pemikiran strategis, dan karya akademik yang bermanfaat, baik bagi masyarakat maupun bagi bangsa,” tambahnya.
Pengukuhan ini juga menjadi momen emosional bagi Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, yang turut hadir. Ia mengaku bangga karena Prof. Fajar adalah kakak kelasnya di SMAN 1 Blora.
“Selamat, ini luar biasa. Putri asli Blora yang lahir di tengah hutan kini menjadi guru besar. Ini pencapaian luar biasa dan inspirasi bagi generasi muda Blora,” ujar Arief.
Bupati juga membuka peluang kerjasama dengan UNTAG Surabaya untuk mendukung pengembangan SDM di Blora. “Kami punya program satu desa dua sarjana, serta beasiswa untuk warga tidak mampu yang berprestasi. Blora sudah bekerjasama dengan 50 perguruan tinggi, dan kami siap menjalin kemitraan dengan UNTAG Surabaya,” tegasnya.
Prof. Fajar lahir di Blora pada 10 September 1972. Ayahnya, Suherman, adalah seorang guru SD yang mendorong anak-anaknya untuk mengutamakan pendidikan.
Sejak kecil, ia dikenal aktif. Di SMPN 1 Blora, ia menjadi sekretaris OSIS dan ketua regu pramuka, bahkan mengikuti Jambore Nasional 1981 di Cibubur. Saat bersekolah di SMAN 1 Blora, ia kembali terjun di organisasi sebagai bendahara OSIS.
Selepas SMA, ia diterima di tiga perguruan tinggi bergengsi sekaligus: STAN, ST Telkom, dan ITS. Ia kemudian meniti jalan panjang sebagai akademisi hingga akhirnya mengabdi di UNTAG Surabaya sejak 1997.
Perjalanan akademiknya sarat prestasi. Ia pernah melakukan penelitian di Blora pada 2016, 2017, dan 2019. Pada 2022, ia membawa UNTAG Surabaya lolos dalam program hibah World Class Professor (WCP) yang digagas Direktorat Jenderal Dikti Kemendikbud.
Saat pandemi Covid-19, ia juga terlibat dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Covid-19 (TFRIC19), bersama 11 perguruan tinggi lain, mendukung percepatan penanggulangan pandemi melalui riset teknologi.
Dalam orasi ilmiahnya saat pengukuhan, Prof. Fajar menekankan pentingnya peran teknologi dalam memperkuat karakter bangsa.
“Teknologi harus memperkuat karakter bangsa dan menumbuhkan semangat patriotisme, sejalan dengan visi UNTAG Surabaya menuju universitas unggul berbasis karakter bangsa,” tegasnya.
Di mata suaminya, Dr. I Made Kastiawan, Prof. Fajar adalah sosok perfeksionis dalam memberi ilmu kepada mahasiswa sekaligus ibu yang penuh perhatian di rumah. “Baginya, memasak bukan sekadar rutinitas, melainkan filosofi. Menu yang selalu berbeda mengajarkan keberanian mencoba hal baru, dan bila gagal itu adalah pengetahuan baru untuk sukses,” ujarnya.
Paman Prof. Fajar, Hendro Basuki, menyebut keluarganya memiliki “DNA guru.” Ia menilai pilihan sang keponakan menekuni dunia akademik adalah panggilan nurani sekaligus bentuk nasionalisme yang unik. “Harapan kami, Prof. Fajar mampu mengembangkan nasionalisme gelombang keempat yang berbasis teknologi,” katanya.
Kisah Prof. Fajar, dari desa kecil di Blora hingga dikukuhkan sebagai guru besar UNTAG Surabaya, membuktikan bahwa pendidikan adalah jalan emas untuk meraih puncak prestasi.
Dari hutan Blora menuju panggung akademik nasional, ia bukan hanya membawa kebanggaan bagi tanah kelahirannya, tetapi juga menegaskan pesan kuat: generasi muda Indonesia bisa menembus batas, asalkan berpegang pada ilmu, kerja keras, dan kecintaan pada bangsa.







