Alih Fungsi Lahan Sawah di Indonesia Mengkhawatirkan

Tampak lahan pertanian padi sawah di Bolangitang Barat, Kabupaten Bolmut, Selasa 24 September 2024. (Foto: Fandri)

JAKARTA,SULAWESION.COM- Tren alih fungsi lahan sawah di Indonesia saat ini sudah pada tahap mengkhawatirkan. Hal ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertanian (Faperta) IPB University, Prof Suryo Wiyono.

Menurutnya, luas lahan sawah saat ini hanya sekitar 7,3 juta hektare. Dibandingkan negara lain, angka ini sangat kecil.

Bacaan Lainnya

“Secara global, Indonesia berada di peringkat 130 dari 180 negara untuk ketersediaan lahan pertanian per kapita. Situasi ini berdampak pada rendahnya Global Food Security Index kita,” ungkap Prof Suryo pada momentum Hari Tani Nasional, 24 September dilansir dari laman IPB.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS), luas sawah nasional terus menurun, dari sekitar 8,1 juta hektare pada 2015 menjadi 7,4 juta hektare pada 2019.

Laju konversi sawah pun tidak kecil, tercatat 60.000–80.000 hektare per tahun pada 2021, bahkan penelitian lain menunjukkan mencapai 96.512 hektare per tahun pada periode 2000–2015.

Menurut Prof Suryo, alih fungsi lahan faktor utamanya adalah tekanan ekonomi. Jika nilai ekonomi lahan nonpertanian lebih tinggi, misalnya untuk perumahan atau industri.

“Maka lahan sawah akan cepat terkonversi. Satu meter persegi tanah bisa bernilai miliaran rupiah, sementara hasil panen padi tidak sebanding,”jelasnya sambil mencontohkan alih fungsi lahan di Pulau Jawa, Bali dan Sumatera.

Dirinya menambahkan ancaman terhadap ketahanan pangan sangat serius. Kalau konversi mencapai 100 ribu hektare per tahun.

“Dalam 10 tahun kita kehilangan satu juta hektare. Padahal sawah kita hanya 7,3 juta hektare. Itu luar biasa dampaknya bagi pangan nasional,”katanya.

Sebagai strategi solutif, ia menyebut tiga hal penting. Pertama, melindungi lahan subur di sentra produksi; kedua, membuka area baru untuk pertanian; dan ketiga, meningkatkan produktivitas lahan yang ada.

Ia menilai, tanpa komitmen serius dari pemerintah daerah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan, ancaman krisis pangan akan semakin nyata.

“Alih fungsi lahan harus dipandang sebagai isu strategis. Jika dibiarkan, kedaulatan pangan akan semakin rapuh,”katanya.

Prof Suryo mengajak generasi muda untuk turut serta dalam menjaga dan mengembangkan sektor pertanian.

“Pertanian tidak hanya soal menanam padi, tetapi juga peluang besar untuk inovasi, teknologi, dan usaha agribisnis yang menjanjikan. Petani harus makmur agar pangan kita terjamin,”katanya.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan