BLORA, SULAWESION.COM – Di tengah tantangan sektor pertanian yang kian berat, muncul secercah harapan baru dari Desa Turirejo, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Tanaman okra (Abelmoschus esculentus) yang sebelumnya kurang dikenal, kini menjelma menjadi komoditas unggulan baru yang digarap serius para petani hingga kalangan profesional.
Adalah Parjan, Ketua Kelompok Tani Subur Desa Turirejo, yang menjadi pionir budidaya okra di wilayah ini. Ia mulai menanam dua hektare okra dua tahun lalu dan hasilnya terbukti menggembirakan.
“Pemeliharaan tanaman okra itu mudah, tidak membutuhkan biaya tinggi, dan sudah bisa panen dalam waktu 45 hari,” ungkap Parjan, Senin (6/10/2025).
Tanaman yang dapat dipanen setiap hari hingga usia lima bulan itu memberikan keuntungan besar bagi petani. Parjan menyebut, per hektare lahan mampu menghasilkan omzet sekitar Rp25 juta per musim tanam, jauh lebih tinggi dibanding komoditas lain yang biasa ditanam di daerahnya. Hasil panen langsung dibeli oleh PT Kelola Agro Makmur di Temanggung, dengan harga antara Rp2.250 hingga Rp5.700 per kilogram, tergantung kualitas.
Selain menjual hasil panen segar, Parjan juga berinovasi dengan mengolah okra menjadi kerupuk dan kopi okra, bahkan memanfaatkan sisa okra yang tak lolos sortir untuk pakan kambing sebuah model pertanian sirkular yang ramah lingkungan.
Daya tarik ekonomi dan kesehatan tanaman okra membuat kalangan profesional di Blora ikut tertarik. Yani Dwi Rahayu, SH., M.Kn, notaris-PPAT senior di Blora, serta dr. Tegar Mohammad Wijaya, penanggung jawab Rumah Sakit Muhammadiyah Blora, kini juga ikut menanam okra di lahan masing-masing seluas satu hektare.
Bagi Yani, menanam okra bukan sekadar usaha, melainkan terapi dari rutinitas yang menegangkan. “Saat ke Malaysia, saya melihat okra menjadi sayur favorit yang kaya gizi. Dari situ saya yakin, ini tanaman masa depan yang punya nilai ekonomi dan kesehatan tinggi,” tuturnya.
Sementara dr. Tegar melihat okra dari sisi medis dan wirausaha. Ia berencana membuka kedai kuliner tematik ‘Serba Okra’ di Desa Kamolan, yang akan menyajikan menu sehat berbasis okra.
“Okra terbukti bermanfaat untuk mengontrol gula darah, menjaga kesehatan jantung, hingga meningkatkan imunitas tubuh. Ini peluang bisnis sehat yang mendidik masyarakat,” ujarnya.
Menurut Suparji, perwakilan PT Kelola Agro Makmur yang menangani kemitraan dengan petani Blora, animo menanam okra di daerah ini meningkat pesat.
“Dari kapasitas pabrik 20 ton per hari, sekitar 65 persen bahan bakunya sudah berasal dari Blora. Ini capaian luar biasa,” katanya.
Dukungan moral juga datang dari Drs. H. Khoirurroziqin, M.Si, mantan pejabat Pemkab Blora sekaligus Ketua Takmir Masjid Agung Blora, yang menyebut gerakan menanam okra sebagai langkah mulia.
“Selain meningkatkan pendapatan, hasilnya bisa menjadi jalan berbagi rezeki dengan yang membutuhkan,” ujarnya memberi semangat.
Kini, geliat pertanian okra di Blora tak lagi sekadar eksperimen kecil. Ia tumbuh menjadi simbol sinergi lintas profesi antara petani, profesional, dan dunia usaha menanam bukan hanya untuk hidup, tetapi juga untuk memberi kehidupan.







