BPBD Sitaro Gelar Simulasi Bencana, Bentuk Komitmen Jaga Keselamatan dan Ketangguhan

Pelajar SMP Negeri 2 Siau Barat mengikuti jalannya simulasi bencana yang digelar BPBD Sitaro. (Ist)

SITARO, SULAWESION.COM – Sekolah tangguh bencana menjadi salah satu program utama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).

Sekolah tangguh bencana merupakan sekolah yang terintegrasi dengan kesiapsiagaan, mitigasi, dan respons bencana, sehingga siswa, guru, dan staf sekolah dapat melindungi diri dari dampak bencana serta menjaga kelangsungan proses belajar-mengajar.

Bacaan Lainnya

Guna mengoptimalkan terwujudnya sekolah tangguh bencana, BPBD Sitaro terus menggiatkan kegiatan simulasi, seperti yang dilangsungkan di SMP Negeri 2 Siau Barat pada Kamis (6/11/2025).

Dimana dalam simulasi yang melibatkan seluruh unsur sekolah SMP Negeri 2 Siau Barat itu, pihak BPBD Sitaro menyusun skenario terjadinya gempa bumi yang mengakibatkan gedung sekolah hancur porak-poranda.

Dalam kondisi tersebut, seluruh pihak, baik guru, pelajar hingga pegawai tata usaha diarahkan untuk membentuk kesiapsiagaan dan langkah mitigasi menghadapi kondisi darurat akibat bencana alam.

Bupati Sitaro, Chyntia Kalangit yang hadir langsung dalam kegiatan simulasi tersebut mengatakan, langkah pemerintah daerah bersama elemen sekolah mencerminkan komitmen bersama dalam menjaga keselamatan dan ketangguhan masyarakat ketika menghadapi bencana.

“Kegiatan simulasi ini sangat penting dan strategis, mengingat kondisi geografis Kabupaten Sitaro yang terdiri dari perbukitan, pegunungan, serta daerah kepulauan dengan cuaca yang sangat dinamis,” kata Chyntia.

“Kita harus menyadari bahwa wilayah kita berpotensi mengalami berbagai jenis bencana seperti gempa bumi, angin kencang, puting beliung, gelombang pasang, hujan lebat yang dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor,” katanya lagi

Selain itu, keberadaan Kabupaten Sitaro yang memiliki dua gunung api aktif, yaitu Gunung Api Ruang, di Pulau Ruang, Kecamatan Biaro, dan Gunung Api Karangetang, di Pulau Siau yang dapat sewaktu-waktu mengeluarkan lava pijar atau
lahar dingin.

“Oleh karena itu, kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi hal yang sangat krusial. Penanganan bencana adalah urusan bersama yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga melibatkan seluruh komponen masyarakat,” sebutnya.

Ditambahkan, kegiatan simulasi seperti ini sangat penting karena menjadi wadah yang mempertemukan berbagai pihak yang terlibat dalam pengurangan risiko bencana.

“Pemerintah berharap, dengan adanya kegiatan seperti ini, kita dapat lebih siap dan tanggap dalam menghadapi berbagai ancaman bencana, serta meminimalkan jumlah korban dan kerugian yang mungkin timbul,” kuncinya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan