BOLMUT,SULAWESION.COM– Siang tadi sekitar pukul 14.00 WITA saya kembali berkunjung ke dusun III desa Bolangitang II, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Minggu 7 Desember 2025.
Kunjungan ini kali ketiga ditahun 2025. Tadi sekaligus melihat bagaimana dampak abrasi semakin meluas akibat terjangan gelombang Sabtu kemarin.
Hari ini, saya berencana pergi kebeberapa titik. Karena berdasarkan laporan pemkab Bolmut ada 800 meter yang telah diusul ke pemerintah pusat agar dibangun tanggul penahan abrasi.
Dibawah terik matahari yang dihalangi pohon kelapa yang masih tersisa namun tinggal menunggu waktu akan roboh. Saya melihat dari kejauhan ada empat orang yang sedang mengisi karung dengan pasir.
Dari jauh terdengar lagu kolam susu milik Koes Plus. Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai, tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Begitu liriknya terdengar.
Saya tersenyum mendengar lagu yang mereka putar dispiker kecil sambil bekerja membuat tanggul darurat. Hitung-hitung hiburan.
Sambil berdiskusi, Randu mengatakan hantaman gelombang kemarin semakin memperparah abrasi.

“Jadi hari ini kami kembali bekerja membuat tanggul dari karung yang berisi pasir,”ujar warga Bolangitang II ini.
Beberapa karung yang berisi pasir sudah tenggelam karena abrasi. Kata Randu pekerjaannya ia hentikan sementara demi mencegah rumah akan rusak akibat abrasi.
Sementara itu, berapa meter dari lokasi Randu, tampak terlihat banyak warga yang melakukan gotong-royong membuat tanggul darurat dari karung yang berisi pasir.
Ada yang membuat pagar. Ada yang menyediakan kopi. Anak-anak, ibu-ibu, orang tua bahu-membahu membuat tanggul darurat.
Pasalnya salah satu rumah ini semakin dekat dengan hantaman gelombang. Dan tidak akan lama lagi akan hilang akibat abrasi.
Kepala desa Bolangitang II, Desmon Pua mengatakan pihaknya telah mengusulkan ke Balai Wilayah Sungai (BWS) sudah tiga kali.
“Usulan proposal ini sejak tahun 2022, tapi sampai saat ini belum ada tindak lanjut,”katanya.
Menurutnya, dusun III ini ada 86 Kepala Keluarga (KK) kalau tidak segera dibangun tanggul penahan abrasi bakal hilang rumah-rumah disini. Bisa-bisa satu dua tahun lagi.

“Bahkan sudah ada satu rumah yang telah dipindahkan karena ancaman abrasi,”ujarnya.
Ia juga menyampaikan pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolmut tadi telah menyerahkan 150 karung untuk mencegah abrasi sementara.
Sementara itu dilokasi abrasi terlihat Camat Bolangitang Barat Kamil Pontoh dirinya tampak berdiskusi dengan anggota DPRD Bolmut dapil dua Bolangitang Barat-Timur Ramlan Tinamonga dan kepala desa Desmon Pua.
Camat Bolangitang Barat menyampaikan kepada kepala desa Bolangitang II agar kembali mendata berapa warga yang terancam rumahnya akibat dampak abrasi.
Ditempat yang sama anggota DPRD Bolmut Ramlan Tinamonga menambahkan masalah abrasi di Bolangitang II ini harus segera diatasi. Dirinya akan mengawal usulan pembangunan tanggul mencegah abrasi dari pemerintah desa.
Sebelumnya Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Gusti Ayu Ketut Surtiari, menyampaikan perlu ada pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang dampak perubahan iklim yaitu adanya potensi risiko kenaikan muka air laut dan peningkatan arus gelombang laut.
“Dampak lainnya adalah terjadinya intrusi air laut. Akibatnya adalah akan meningkat terjadinya banjir rob yang semakin parah dan abrasi yang membahayakan penduduk yang tinggal di sepanjang pesisir,”ujarnya.
Ayu Surtiari yang mendalami kajian terkait dengan adaptasi perubahan iklim, ketahanan masyarakat pesisir perkotaan dan juga ketahanan masyarakat pulau-pulau kecil menambahkan intrusi air laut juga dapat mempengaruhi tidak hanya kualitas air bersih untuk keperluan penduduk pesisir tetapi juga dapat mengancam petani tambak yang memanfaatkan air payau untuk tambak ikan.
“Pemahaman yang tepat akan mengantarkan pada strategi adaptasi yang lebih tepat,”katanya kepada media ini.
Selain pengetahuan dan pemahaman yang tepat, pemerintah dan masyarakat juga harus belajar dari pengalaman (social learning).
Banjir yang terjadi bukan hal yang baru. Banjir sudah terjadi secara berulang namun menjadi lebih intens dan lebih sering dengan dampak yang lebih parah dalam beberapa tahun belakangan ini.

“Pembelajaran yang dimaksud adalah melakukan evaluasi atas strategi yang sudah dilakukan selama ini. Apakah upaya mitigasi sudah dilakukan dengan dampak jangka panjang atau masih bersifat reaktif jangka pendek,”jelasnya.
Jika jangka pendek, maka kejadian berulang di masa mendatang akan terjadi lagi karena potensi dampak perubahan iklim di masa mendatang akan terus meningkat.
Kelompok yang lemah memerlukan bantuan dan dukungan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Karena kelompok yang lemah adalah kelompok yang paling terpengaruh namun memiliki kapasitas yang paling terbatas.
Oleh karena itu, kata Ayu, ketika harus menanggung dampak perubahan iklim, mereka menjadi lebih kewalahan.
“Pemerintah dapat bekerja sama dengan sektor swasta untuk upaya pengurangan bencana banjir dan adaptasi, misalnya dapat menanam tanaman penahan air sesuai dengan kondisi tanah pesisir. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, karena adaptasi perubahan iklim memerlukan kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta serta pihak lain,”ungkapnya.
Selain itu perlu kerjasama berbagai pihak termasuk swasta untuk membangun ketahanan pesisir yang terdiri dari pembangunan infrastruktur pelindung kawasan pesisir, regulasi untuk pemanfaatan kawasan pesisir.
“Mulai mempertimbangkan solusi berbasis alam seperti penanaman mangrove atau tanaman pelindung sesuai dengan karakteristik lokasi setempat,”jelasnya.
Pemkab Usulkan Proposal Pembangunan Tanggul
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bolmut Sofianto Ponongoa mengatakan saat ini pihaknya segera mengusulkan proposal pembangungan tanggul penahan abrasi dan banjir pesisir di tujuh desa.
“Diantaranya ada Bolangitang II dan Busisingo Utara,”ujarnya belum lama ini.

Dalam poposal tersebut anggarannya mencapai Rp115 Miliar. Dalam usulan proposal tersebut ditujukan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Ponongoa menambahkan, usulan tersebut juga tentu melalui kerjasama dengan BPBD Provinsi Sulut dan Balai Wilayah Sungai (BWS).
Berikut Usulan Pembangunan Tanggul Penahan Abrasi dan Banjir Pesisir di Bolmut
Desa Bolangitang II: 800 Meter
Desa Binjeita II: 400 Meter
Sampiro: 800 Meter
Tuntung Timur: 1,1 Kilomter
Busisingo Utara: 1 Kilometer
Apeng Sembeka: 172 Meter
Boroko: 255 Meter
Sumber: BPBD Bolmut







