DALAM upaya meningkatkan ekonomi lokal, Pemerintah Desa (Pemdes) Terapung, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah (Buteng) berinovasi mensinergikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Kepala Desa Terapung, Pamaruddin mengatakan desa sebagai pusat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat lokal, memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi lokal.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Terapung dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Cahaya Faiz muncul sebagai pilar utama dalam membawa desa menuju kemandirian ekonomi.
“Kita akan mengeksplorasi pentingnya kolaborasi, sinergi, dan keterpaduan seluruh unsur desa dalam pengembangan ekonomi lokal serta mengungkap kunci sukses dalam kemitraan antara BUMDes dan UMKM untuk mencapai tujuan pembangunan desa yang mandiri,” katanya saat dikonfirmasi, Senin 18 November 2024.
Pentingnya kolaborasi dan sinergi, Pamaruddin menjelaskan hal tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata dalam membangun desa mandiri. Kolaborasi melibatkan seluruh unsur desa, termasuk pemerintah desa, BUMDes, UMKM, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat.
Sinergi ini menciptakan fondasi yang kuat untuk mengoptimalkan potensi desa dan mencapai kemandirian ekonomi. Pemerintah desa, sebagai pemimpin, memiliki peran sentral dalam mengelola dan memfasilitasi kolaborasi ini.
“BUMDes, sebagai entitas bisnis yang dimiliki oleh masyarakat desa, memiliki peran strategis dalam membimbing desa menuju mandiri. Dengan mengelola sumber daya lokal secara efisien, BUMDes dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi. Pada tingkat mikro, BUMDes dapat memberikan peluang bagi UMKM lokal untuk berkembang dan bersaing di pasar yang lebih luas. BUMDes juga berfungsi sebagai lembaga yang mengoordinasikan program-program pembangunan ekonomi desa,” terangnya.
Pamaruddin pun mengatakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Cahaya Faiz tersebut telah lama terbentuk, sejak tahun 2018 dan mendapatkan bantuan modal serta penghargaan sistem keterbukaan informasi dari Kementerian Desa. UMKM tersebut yang bekerjasama dengan BUMDes telah menghasilkan banyak produk dengan bahan dasar ikan teri. Dimana, harga ikan teri cukup mahal karena proses pengolahan tidak mudah dan harus melalui penggaraman, perebusan dan pengeringan.
“Telah banyak upaya yang telah dilakukan dari menguji proksimat protein hingga uji rasa memakan waktu 3 tahun lamanya. Akhirnya produk produk itu berhasil diterima hingga dapat dipasarkan seperti, kerupuk ikan teri waburense atau ikan teri balado, sambal teri kacang, kerupuk teri ikan dan sambal baby cumi,” ujarnya.
Untuk memasarkan produk UMKM ke warung-warung atau toko-toko, Kades dua periode ini melanjutkan pihaknya mencoba beberapa strategi, mulai dengan berdiskusi dengan pihak retail secara tatap muka.
Menyiapkan paparan singkat mengenai produk yang ditawarkan. Menentukan segmen pasar yang jelas serta memanfaatkan teknologi informasi, seperti iklan berbasis jejaring media sosial.
“Dalam pemasaran perbulan produk kerupuk ikan teri waburense atau ikan teri balado, sambal teri kacang, kerupuk teri ikan dan sambal baby cumi tersebut dilakukan dengan cara mendistribukan ke warung, toko hingga mini market (Andaba), omsetnya perbulannya atau total pendapatan kotor yang diperoleh dari penjualan produk berkisar Rp 18 juta,” lanjutnya.
Untuk itu, Pamaruddin sangat berharap kepada pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Buton Tengah untuk dapat memperhatikan lagi atau memberdayakan UMKM di seluruh Kabupaten. Misalnya, beberapa kebijakan pemerintah yang dapat mendukung UMKM, di antaranya, akses keuangan, pelatihan dan pengembangan kapasitas, digitalisasi UMKM, regulasi dan perlindungan usaha.
“Ya, karena lagi pilkada, kami harapkan kepada Bupati terpilih nantinya dapat meningkat ekonomi lokal melalui UMKM, dimana juga dapat meningkatkan ketahanan pangan serta penurunan stunting, pemda atau dinas terkait juga dapat membuatkan galeri untuk pemasaran produk kami, baik itu, untuk pameran serta oleh-oleh (bingkisan) khas Buton Tengah,”ujarnya.
(ADVETORIAL)