BITUNG, SULAWESION.COM – Suasana sore di persimpangan Jl. Aa Maramis, Kota Bitung pada Jumat (23/05/2205) berbeda dengan hari-hari biasa.
Hujan baru reda. Pantulan matahari di bawah garis-garis cakrawala masih tertutup awan tebal. Sebagian orang melipir di Warung Kopi Ewako. Termasuk sejumlah jurnalis.
Rully (bukan nama sebenarnya) tiba-tiba muncul. Ia berjalan cepat. Lewat pintu samping. Mengenakan rompi berwarna oranye yang sedikit terlihat kumal.
Di tengah suasana tempat kopi ramai pengunjung, ia menyapa teman-teman media. Sebelum duduk, Rully beberapa kali menoleh kiri dan kanan.
Rully merupakan seorang pengemudi container di Terminal Petikemas Bitung.
Namun, ia bercerita terancam bakal kehilangan pekerjaan sebagai pengemudi terminal itu.
Musababnya, karena memposting video CCTV insiden robohnya alat jenis rubber tyred gantry (RTG) Crane di media sosial beberapa hari lalu.
“Tadi sudah dipanggil menghadap. Tandatangan surat peryataan dan id card akses masuk ditahan,” katanya dengan nada pelan.
Rully mengaku, bukan hanya dirinya yang terancam kehilangan pekerjaan. Tetapi, katanya, ada kurang lebih belasan pengemudi.
“Ada belasan pengemudi yang sama nasib pak. Padahal video CCTV insiden itu pak saya dapat hanya dari grup WhatsApp pengemudi,” ucapnya sambil meneguk kopi.
Sebagai tulang punggung keluarga, Rully berharap Terminal Petikemas Bitung masih memberikan kesempatan ia melakukan aktivitas di terminal.
Ayah 3 anak ini mengaku, pengemudi container digaji sesuai dengan ret muatan. Jika tak diberikan akses masuk di terminal, tentunya tidak ada pemasukan sama sekali.
“Kalau sudah tidak ada lagi pemasukan, mau makan apa anak dan istri? Apalagi, mereka masih menjalani pendidikan SMP dan SMA, tentu sangat butuh biaya,” pintanya.