BITUNG, SULAWESION.COM – Setelah melakukan peliputan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bitung pada Senin (26/03/2025) kemarin, saya bersama rekan jurnalis senior Arham bersepakat ngopi di Goodspeed Coffee Girian, sambil menyusun hasil liputan seharian. Sementara Men alias Alfons, pilih pisah jalan. Ia pulang ke rumah sore itu.
Saat sampai, Arham rupanya tak sabar menyeruput kopi di Caffe dengan desain outdoor ini. Ia langsung menuju kasir. Pesan kopi susu. Sementara saya: Kopi hitam dengan sedikit gula aren. “Berita trus, riki so lupa minum kopi,” gurau Arham.
Sekitar 15 menit kami menunggu, kopi yang dipesan akhirnya muncul. Dibawa oleh seorang barista muda bernama Putra. “Silahkan kak,” ucapnya dengan nada ramah.
Seruput pertama, kami berdua tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Tak ada pembicaraan. Saya fokus melanjutkan lead berita soal kunjungan Komisi I di CV. Multi Rempah Sulawesi dan tanggapan Terminal Petikemas (TPK) Bitung menyangkut penahan Id card sopir truk tronton.
Setelah berita selesai, hati terasa lega. Sekitar pukul 18.18 WITA, tiba-tiba ponsel berdering. Arnon, Ketua Serikat Awak Kapal Perikanan Bersatu (SAKTI) Sulawesi Utara menghubungi.
Arnon meminta saya ikut dengan rombongan SAKTI ke Pulau Lembeh besok pagi. Meraka bakal menggelar Focus Group Discussion (FGD) di SMK Negeri 3 Bitung.
Judulnya cukup mencuri perhatian: Pemahaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Regulasi Bekerja di Sektor Perikanan.
“Kalau besok pagi brader ada waktu, marijo sama-sama ke Lembeh. Ikut kegiatan FGD,” ucapnya.
Ajakan beliau, saya tak berani menolak. Ini bagian dari Ikhtiar SAKTI menjaga nalar calon pekerja di sektor perikanan.
Pekerja di sektor itu memang sangat rentan. Sudah banyak yang terjebak. Seperti: kondisi kerja tidak aman, eksploitasi, ketidakpastian hak-hak ketenagakerjaan dan rendahnya jaminan sosial.
Membangun pemahaman sejak dini perlu dilakukan masa ini. Agar tak banyak nyawa lagi yang mati.
bersambung…Bagian 2