Petikemas Tegaskan RTG Crane Roboh Bukan Alat Bekas, Sopir Container Curhat Pelayanan Lamban

RTG Crane Nomor 13 di Terminal Petikemas Bitung saat roboh. (Dokumentasi | Ist)

BITUNG, SULAWESION.COM – Pengelola Terminal Petikemas Bitung menegaskan alat jenis rubber tyred gantry (RTG) crane yang roboh adalah alat yang dibeli dalam kondisi baru dan layak operasi.

Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra memastikan RTG Crane nomor 13 itu tiba di Terminal Petikemas Bitung pada Tahun 2020 lalu.

Bacaan Lainnya

“Bukan alat bekas, dibeli dalam kondisi baru dan dilakukan pemeliharaan secara rutin,” tegas Widyaswendra, Kamis (22/05/2025).

Widyaswendra mengatakan, perseroan memiliki prosedur terhadap perawatan alat yang dilakukan secara rutin.

Bahkan, katanya, setiap kali akan mengoperasikan alat, operator wajib melakukan pengecekan dan memastikan seluruh fungsi dapat beroperasi dengan baik.

Dalam keterangan tertulis, ia mengaku Terminal Petikemas Bitung telah memiliki sertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

“Dengan SMK3 dapat dipastikan alat yang ada juga memiliki sertifikat layak operasi sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku,” katanya.

Selain kesiapan alat, lanjutnya, Terminal Petikemas Bitung memastikan bahwa operator yang bertugas pada saat insiden terjadi memenuhi persyaratan untuk bekerja.

“Sebelum memulai aktivitas, setiap pekerja di TPK Bitung diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tim medis. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan tersebut ada rekomendasi bahwa pekerja tersebut dinyatakan layak atau tidak untuk bekerja,” ucapnya.

Pelayanan Sering Terlambat

Informasi tertulis yang disampaikan pengelola Terminal Petikemas Bitung hampir sama yang diungkapkan pengguna jasa dan sejumlah sopir container.

Iwan (40) seorang sopir container mengatakan, alat RTG Crane yang roboh itu merupakan alat andalan yang selalu digunakan dalam aktivitas bongkar muat container.

Saking andalannya, Iwan berujar, RTG Crane nomor 13 ini sering di crossing dari blok satu ke blok yang lain.

“Karena sebagian alat di Terminal Petikemas Bitung sementara perbaikan, RTG Crane nomor 13 selalu di crossing. Nah, ini menjadi penyebab keterlambatan bongkar muat hingga berjam-jam di pelabuhan,” ujarnya.

Ia mengaku, pengguna jasa sudah sering memprotes keras kepada Terminal Petikemas Bitung terkait dengan pelayanan yang lamban.

“Bapak kan dari media. Coba baca berita-berita sebelumnya tentang pelayanan Terminal Petikemas Bitung. Kebanyakan yang keluhkan itu soal keterlambatan proses bongkar muat,” tukasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan