BOLMUT,SULAWESION.COM– Sekretaris daerah (Sekda) Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) Jusnan Mokoginta membuka kegiatan aksi satu analisis situasi konvergensi stunting, Rabu 28 Mei 2025 diruang rapat Sekda.
Saat ini dari delapan aksi konvergensi stunting tersisa empat aksi. Dimana aksi satu analisis situasi, aksi dua penguatan perencanaan, aksi tiga penguatan pelaksanaan dan aksi empat penilaian hasil monitoring evaluasi.
Sekda dalam pemaparan materinya menegaskan penting kolaborasi, kerjasama lintas sektor dalam mengatasi stunting di Bolmut.
Dalam aksi satu ini, kata Sekda bertujuan atau proses mengumpulkan, mengkaji, dan menganilisis data serta informasi untuk memahami kondisi, tantangan, dan faktor-faktor penyebab stunting disuatu wilayah.
“Tujuan utamanya adalah menyediakan dasar yang kuat bagi perencanaan intervensi yang tepat sasaran, efektif dan terintegrasi,”kata Jusnan.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Bolmut Yani Lasama menyampaikan hasil pendataan keluarga beresiko stunting tahun 2024.

Menurutnya, pendekatan berbasis keluarga beresiko stunting merupakan sebuah pendekatan yang dilakukan sebagai upaya memastikan seluruh intervensi baik spesifik maupun sensitif dapat menjangkau seluruh keluarga yang mempunyai resiko melahirkan anak stunting.
Menurutnya, pendekatan keluarga berisiko dalam upaya percepatan penurunan stunting memiliki sedikitnya lima kegiatan prioritas.
Pertama penyediaan data keluarga berisiko stunting. Kedua pendampingan keluarga berisiko stunting. Ketiga pendampingan semua calon pengantin calon pasangan usia subur.
“Keempat surveilans keluarga berisiko stunting. Kelima audit kasus stunting,”kata Lasama.
Sementara itu dalam empat tahun terakhir terjadi trend penurunan keluarga berisiko stunting sejak tahun 2021. Dimana pada tahun tersebut ada 7.989 keluarga berisiko stunting. 2022 ada 5.163 pada 2023 5.017 dan 2024 ada 3.171.
Ditempat yang sama kepala dinas kesehatan Bolmong Utara Ali Dumbela melalui kepala bidang kesehatan masyarakat Meity Tombinawa menambahkan pada tahun 2024 dilaksanakan aksi serentak pada bulan Juni dengan mendatangkan sasaran hingga 100 persen.
“Sedangkan bulan Agustus merupakan bulan penimbangan dengan jumlah kunjungan 99 persen. Meskipun begitu publikasi stunting 2024 menggunakan data bulan Agustus,”ujarnya.
Menurunya, pada bulan Agustus jumlah stunting sebanyak 158 anak. Dengan jumlah balita yang diukur sebanyak 4907 dengan persentase stunting sebesar 3,22 persen. Dengan jumlah desa bebas stunting sebanyak 47 desa.
Tombinawa menuturkan pada tahun 2024, semua posyandu sudah menggunakan alat Antropometri yang berstandar nasional. Sehingga terdapat selisih pengukuran yang mempengaruhi hasil pengukuruan dari pengukuran sebelumnya.
“Walau begitu, masih kurangnya perhatian atau kesadaran orang tua tentang pentingnya posyandu, orang tua yang bekerja. Balita yang berpindah-pindah, sehingga menyebabkan kunjungan posyandu yang tidak maksimal,”katanya.
Prevalensi Stunting Menurut e-PPGBM Tahun Dalam Tiga Tahun Terakhir:
2022: 2,21 persen
2023: 1,69 persen
2024: 3,22 persen
Prevalensi Stunting Menurut SSGI/SKI Tahun Dalam Tiga Tahun Terakhir:
2022: 21,9 persen
2023: 27,8 persen
2024: 18,6 persen
Sumber: Dinkes Bolmong Utara