BOLMUT, SULAWESION.COM – Tiupan angin sedikit kencang melanda Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) sejak siang hingga malam hari, Jumat (19/7/2024).
Beberapa warga menuturkan selain angin sedikit kencang, suhu terasa dingin saat siang sampai malam ini. Suhu dingin tersebut dirasakan berbarengan dengan tiupan angin.
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Sulawesi Utara (Sulut) Muhammad Candra Buana mengatakan saat ini cuaca masih terpengaruh dengan adanya bibit siklon 92w.
“Yang menyebabkan angin kencang di wilayah Sulut termasuk Bolmut,” katanya.
Saat ditanya terkait suhu dingin yang juga dirasakan warga Bolmut, Candra menambahkan karakteristik musim kemarau memang seperti itu.
“Saat ini aktif angin Monsun Timur atau dalam bahasa BMKG disebut monsun Australia, dimana memiliki karakteristik kering dan kelembaban rendah sehingga menyebabkan suhu yang dingin di pagi dan malam hari,” tambahnya.
Sementara itu sebelumnya Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menjelaskan berdasarkan pantauan BMKG, terdapat daerah tekanan rendah di perairan barat Filipina (bibit Siklon Tropis 91W) dan di Laut Filipina sebelah utara Papua (bibit Siklon Tropis 92W).
Dirinya menjelaskan daerah tekanan rendah ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Laut Filipina bagian barat, Laut Sulawesi hingga perairan timur Filipina.
Daerah konvergensi lainnya terpantau di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara bagian barat, Laut Seram, Laut Arafuru dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua.
“Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah tekanan rendah dan di sepanjang daerah yang dilewati konvergensi tersebut,” jelasnya.
Fenomena intrusi udara kering (dry intrusion) dari BBS melintasi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku, yang mampu mengangkat uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab di Sulawesi bagian tengah, Maluku dan Pulau Papua.
Ramdhani menerangkan peningkatan kecepatan angin hingga mencapai >25 knot, juga terpantau di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Samudera Hindia sebelah barat daya, hingga selatan Jawa Barat, Laut Jawa bagian tengah dan timur, Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram, Laut Halmahera, dan Laut Maluku yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut.
Sedangkan, labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Papua Tengah, Papua dan Papua Pegunungan.
“Secara umum kombinasi fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi cuaca signifikan dalam periode 18-25 Juli 2024. Diantaranya berupa hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang terdapat di wilayah Sumatera Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan dan Papua. Kondisi ini juga berpotensi menimbulkan angin kencang di wilayah Banten, Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat dan Papua Tengah,” terangnya.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat di wilayah tersebut untuk senantiasa waspada dan siap-siaga.
“Utamanya apabila sedang berkendara ketika angin kencang terjadi karena dapat mengakibatkan baliho dan pohon tumbang atau menerbangkan material-material berbahaya,” imbau Ramdhani.