BOLMUT,SULAWESION.COM- Dua bulan terakhir desa Boroko, Kecamatan Kaidipang dilanda banjir rob atau banjir pesisir.
Terbaru, banjir rob terjadi pada Senin 28 April 2025. Bahkan merendam beberapa rumah di desa Boroko. Menurut warga ada sekitar satu jam banjir rob merendam rumah mereka.
Sementara itu berdasarkan analisis data dari dokumen analisis Banjir Rob Boroko pada 28 April 2025 dari BMKG stasiun meteorologi kelas II maritim Bitung.
Dosen jurusan ilmu kelautan Fakultas Kelautan dan Teknologi Perikanan (FKTP) Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Faizal Kasim, S.IK, M.Si mengatakan potensi penyebab banjir Rob dipicu oleh kombinasi faktor alamiah dan kemungkinan dampak perubahan iklim.
Pertama pasang surut ekstrem, tinggi pasang air laut pada 28 April 2025 mencapai 2,9 meter (pukul 06.00 WITA), hampir mendekati ambang batas kritis.
Mungkin fenomena ini menjadi penyebab utama banjir karena bisa saja air laut merembes (menyebabkan inundation) ke daratan melalui saluran drainase atau pori-pori tanah.
Pasang maksimum terjadi bersamaan dengan waktu kejadian banjir (pukul 06.00 WITA), menunjukkan korelasi langsung antara pasang ekstrem dan banjir.
Arah dan kecepatan angin. Dimana angin dari arah Barat Daya dengan kecepatan 8 knot (≈15 km/jam) mungkin memperkuat aliran air laut ke daratan, meski intensitasnya tidak tergolong ekstrem.
Kondisi cuaca cerah berawan. Tidak ada hujan deras yang tercatat pada saat kejadian (berdasarkan citra satelit), sehingga ada kemungkinan banjir lebih dominan disebabkan oleh intrusi air laut, bukan limpasan hujan.
“Dampak perubahan Iklim. Yang ini dugaan secara teoritis dan perlu pembuktian data empiris bahwa kenaikan permukaan laut akibat pencairan es dan ekspansi termal air laut meningkatkan frekuensi dan keparahan banjir rob di pesisir,”ujarnya.
Mengingat, data historis di internet menunjukkan peningkatan kejadian serupa di Sulawesi Utara dalam dekade terakhir.
“Perubahan pola pasang-surut dan intensitas angin akibat anomali iklim global (seperti El Niño/La Niña) dapat memperparah situasi,”kata mahasiwa doktoral bidang ilmu lingkungan Unhas ini.
Menurutnya, Banjir rob di Boroko merupakan fenomena yang dipengaruhi oleh pasang surut ekstrem dan faktor iklim.
Meski penyebab langsungnya adalah kondisi hidrometeorologi alamiah, perubahan iklim memperparah frekuensi/intensitas kejadian dan dampaknya.
“Mitigasi jangka pendek (peringatan dini, infrastruktur darurat) harus diimbangi dengan adaptasi jangka panjang (relokasi permukiman, restorasi ekosistem) untuk memastikan ketahanan pesisir di masa depan,”katanya.
Di mana, kolaborasi antar instansi, masyarakat, NGO, termasuk media, dan lembaga pendidikan.
“Atau bahkan lembaga internasional bisa menjadi kunci keberhasilan strategi mitigasi dan adaptasi tersebut,”jelasnya.
Sebelumnya Ricky Daniel Aror Meteorologist dari BMKG Maritim Bitung menambahkan dari beberapa sumber yang pihaknya dapat, memang ada peningkatan banjir pesisir di wilayah Sulawesi Utara (Sulut).
“Sebagai contoh di pulau Manado Tua yang hampir setiap bulan mengalami banjir pesisir,”jelasnya.
Saat ditanya apa karena ada dampak perubahan iklim. Ia mengatakan secara global memang isu perubahan iklim memang terjadi.
“Salah satu indikasi atau akibat pemanasan global yaitu naiknya permukaaan air laut,”ungkapnya.
Dilansir dari Mongabay Indonesia studi dari Climate Central dengan judul Rising Seas Stretch Risk Zones menyebutkan adanya perluasan risiko banjir pesisir tahunan, salah satunya Indonesia.
Tanpa adanya pertahanan pesisir, ditingkatkan atau baru, populasi akan menghadapi banjir rutin atau bahkan tenggelam dalam 30 tahun ke depan.
Indonesia menduduki peringkat kelima dengan risiko banjir pesisir tahunan akan meluas ke daratan dan berdampak bagi 23 juta orang, angka ini meningkat hampir 5 kali lipat dari perhitungan data elevasi sebelumnya.
Diketahui banjir pesisir juga melanda wilayah pemukiman desa Boroko, Kecamatan Kaidipang pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 2025 hingga ke pemukiman warga. Bahkan menurut warga pada tanggal 2 April 2025 air masih naik tapi tidak sampai ke pemukiman warga.