Ironi di Bolmut, Produksi Beras Naik Tapi ‘Ketergantungan’ Dari Luar Daerah

Petani di Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolmut Saat Melakukan Penyemprotan di Sawah. (Foto Moh Firmansyah Goma)

BOLMUT,SULAWESION.COM– Harga beras di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) terus melonjak naik pada pekan kedua bulan Juli 2025.

Data laporan pengawasan pengendalian inflasi daerah pada Jumat 11 Juli 2025 harga beras super mencapai Rp18 ribu per satu Kilogram (Kg). Ini naik dibandingkan pekan pertama bulan Juli dengan harga Rp17 ribu per satu Kg.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya pada akhir Juni 2025 harga beras super ada diangka Rp16 ribu per satu Kg. Sementara itu untuk harga beras premium saat ini ada diangka Rp16 ribu satu Kg.

Untuk beras medium Rp15 ribu per satu Kg. Harga kedua beras ini juga mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya.

Laporan yang ada saat ini beras yang ada di Bolmut kebanyakan dari luar daerah seperti Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Jika harga naik, karena pengambilan dari luar daerah mengalami kenaikan.

Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Kabupaten Bolmut merupakan tiga daerah di Sulut dengan produksi padi (Gabah Kering Giling) tertinggi pada tahun 2024 bersama Bolaang Mongondow dan Minahasa.

Pada tahun 2024 produksi padi (GKG) di Bolmut mencapai 23.311 ton. Naik dibandingkan pada tahun 2023, 19.191 ton.

Bolmut juga berdasarkan data BPS pada Sobround Januari-April 2025. Adanya potensi kenaikan produksi padi yang cukup besar.

Laporan BPS menyampaikan produksi beras di Bolmut naik pada tahun 2024 mencapai 13.099 ton dibandingkan tahun 2023 diangka 10.784 ton.

Produksi beras Januari-April 2024 mencapai 6.810 ton sementara pada tahun 2025 periode Januari-April produksi beras 8.560 ton (data BPS angka sementara).

Walau demikian luas panen padi di Kabupaten Bolmut mengalami penurunan pada tahun 2024 yaitu 5.545 Hektar (Ha) dibandingkan tahun 2023 diangka 5.546 Ha.

Sebelumnya Petani asal desa Binuanga, Kecamatan Bolangitang Timur Zulhijah Dotinggulo (42) mengatakan keberadaan pertanian padi sangat diperlukan saat ini untuk kebutuhan pangan. Dulu desanya banyak yang mengelola padi tapi saat ini sudah jarang.

Banyak yang beralih tanaman. Selain itu mungkin faktor menjual beras agak lambat dibandingkan jagung.

“Tanam jagung, beli beras,” tuturnya sambil tertawa.

Zul juga sering menanam jagung. Selama ia menanam jagung, setelah panen ia tidak pernah membeli beras hingga sampai 50 kilogram. Paling hanya sampai 20 kilogram. Itupun tidak cukup.

“Berbeda dengan kita menanam padi, stoknya masih tersimpan. Saat ini masih tersisa sekitar 30 Kg beras,” ungkapnya Sabtu 1 Februari 2025.

Dirinya mengaku pada tahun 2023 saat kemarau panjang melanda Bolmut, harga beras cukup mahal. Sampai-sampai ada yang Rp15-16 ribu per kilogram. Itu pun beras dari Sulawesi Tengah.

Kepala dinas pertanian Kabupaten Bolmut Sisca Nurcahyani Babay pernah mengungkapkan hasil diskusi dengan pegawai di dinas pertanian ternyata beras kualitas bagus asal Bolmut dijual ke luar daerah.

Dirinya pun tidak memungkiri jika saat ini banyak beras yang dijual di Bolmut berasal dari provinsi tetangga Gorontalo dan Sulawesi Tengah.

Ia mengatakan beberapa pekerjaan rumah sektor pertanian. Termasuk dampak perubahan iklim, gagal panen akibat serangan hama akan menjadi perhatian.

Temuan lainnya menurut Babay adalah terjadinya alih fungsi lahan pertanian.

Kepala Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluh Dinas Pertanian Bolmut Syarifuddin mengatakan saat ini petani padi/beras di Bolmut setelah habis panen semuanya langsung di jual ke pengusaha.

“Sementara pengusaha beli beras dari petani langsung dijual ke pedagang dari luar daerah yang tiap hari datang membeli. Kemudian harga pada saat itu menguntungkan,”ujarnya.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan