Miliki Potensi Ekonomi, Pemkab Bolmut Gelar Pelatihan Kerajinan Bambu dan Limbah Kayu

Pelatihan kerajinan souvenir dari bambu dan limbah kayu, Senin 10 November 2025. (Foto Rahmat Tegila/Prokopim Pemkab Bolmut)

BOLMUT,SULAWESION.COM– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) melalui Dinas Dinas Perdagangan Kabupaten Bolmut menggelar pelatihan kerajinan souvenir dari bambu dan limbah kayu, Senin 10 November 2025.

Kegiatan yang digelar di Gedung Galeri industri Kawasan Batu Pinagut menghadirkan sekitar 35 peserta yang tersebar di enam Kecamatan di Bolmut.

Bacaan Lainnya

Asisten Perekonomian dan Pembangunan pemkab Bolmut Abdul Mutoh Dg Mulisa saat membuka pelatihan menyampaikan komitmen pemerintah akan pembangunan industri daerah harus berbasis pada potensi lokal, keberlanjutan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.

‎‎”Kabupaten Bolmut memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, termasuk bambu dan kayu,”ujarnya saat menyampaikan sambutan Bupati.

Dua bahan tersebut bisa diolah dengan kreativitas dan inovasi, dapat menjadi produk unggulan daerah yang bernilai ekonomi tinggi, sekaligus ramah lingkungan.

“Pelatihan ini juga menjadi langkah awal untuk membuka peluang usaha baru, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ekonomi kreatif di tingkat desa maupun kabupaten,”katanya.

Kepala Bidang Bidang Pengembangan Perdagangan dan Industri, Stevi Monoarfa. (Foto Rahmat Tegila/Prokopim Pemkab Bolmut)

‎Sementara itu Kepala Bidang Bidang Pengembangan Perdagangan dan Industri, Stevi Monoarfa dalam laporannya menyampaikan kegiatan ini menghadirkan narasumber Koni Koagow penyuluh perindustrian dan perdagangan provinsi sulut serta Bertha Mansauda fasilitator kerajinan, serta para peserta pelatihan.

“Kegiatan nantinya ada praktek langsung pembuatan kerajinan dari para peserta,”tuturnya.

Bambu Memiliki Peran Penting Untuk Memperkuat Fungsi Ekosistem, Ekonomi dan Sosial

Direktur komunikasi dan kemitraan yayasan Kehati, Rika Anggraini mengatakan bambu memiliki banyak manfaat ekologi, sosial  dan ekonomi.

Dari sisi ekologi bambu memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air.

“Sehingga mampu meningkatkan cadangan air bawah tanah secara nyata. Bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam dan memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus,”ujarnya saat menjadi narasumber pada diskusi forum bumi yang diselenggarakan oleh Yayasan Kehati dan National Georaphic Indonesia dengan tema mendorong arah kebijakan pelestarian dan pemanfaatan bambu sebagai solusi untuk ketahanan ekosistem, ekonomi dan sosial, Kamis 18 September 2025 di Jakarta.

Rika menambahkan dari sisi sosial budaya, masyarakat Indonesia mengenal bambu sebagai bagian dari kehidupan, dari lahir sampai akhir hayat.

Tanaman Bambu. (Foto Fandri Mamonto)

Dari sisi ekonomi bambu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat. Aneka produk yang dihasilkan sangat beragam.

Batang bambu dijual gelondongan menjadi aneka produk alat rumah tangga, hiasan, bangunan mebeler, alat musik, tusuk gigi, anyaman dan lainnya.

“Akar bambu dimanfatkan untuk aneka hiasan. Sementara tunas bambu dimanfaatkan untuk rebung. Daun bambu pun dimanfaatkan untuk pakan ternak, teh dan pupuk,”jelasnya.

Sayangnya, kata Rika bambu di Indonesia kian mengalami ancaman kepunahan karena tingginya eksploitasi tanpa adanya budidaya, selain itu kurangya lahan habitat bambu akibat alih fungsi lahan. Jika terus dibiarkan, maka akan menggangu keseimbangan ekosistem.

Sementara itu, direktur mitigasi perubahan iklim kementerian lingkungan hidup, Haruki Agustina mengatakan Indonesia memiliki kurang lebih 160 spesies bambu.

Menurutnya bambu tumbuh dengan cepat, menyerap karbon tinggi dan ramah lingkungan.

“Bambu memiliki potensi strategis sebagai penggerak ekonomi masyarakat, sekaligus pelestarian alam Indonesia,”katanya.

Menurutnya, di Indonesia bambu ditetapkan sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) melalui peraturan menteri kehutanan. Bambu juga ditetapkan sebagai unggulan nasional (HHBK).

Haruki menambahkan pemanfataan bambu menghadapi tantangan dan permasalahan. Diantaranya produktivitas masih rendah, masih mengandalkan bambu alam dengan produksi 2-6 ton per hektar.

Selanjutnya keterbatasan teknologi, pengolahan bambu masih tradisional, nilai tambah rendah dan daya saing lemah.

Haruki menuturkan belum ada regulasi khusus tentang bambu dan belum ada integrasi kebijakan dalam pengelolaan bambu.

“Pengelolaan potensi ekonomi, sosial dan lingkungan masih belum maksimal,”katanya.

Dirinya menjelaskan langkah-langkah yang bisa diambil untuk mempromosikan dan mendukung pengembangan bambu di Indonesia termasuk peran penting pemerintah dan organisasi non-pemerintah dalam menyediakan dukungan yang diperlukan.

Diantaranya, kordinasi lintas kementrian atau lembaga untuk menyiapkan kebijakan. Memetakan potensi bambu dan mengembangkan pasar.

Peningkatan kapasitas pengelolaan bambu. Serta penguatan kelembagaan untuk melaksanakan strategi pengembangan bambu terintegrasi.

Menurutnya, bambu memiliki peran penting untuk memperkuat fungsi ekosistem, ekonomi, dan sosial. Dengan sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah, serta keterlibatan stakeholder terkait baik masyarakat, akademisi, peneliti dan sektor swasta.

“Maka bambu dapat mendukung pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia sekaligus memperkuat ketahanan masyarakat. Sehingga saatnya menjadikan bambu sebagai bagian dalam mendukung strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,”jelasnya.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan