BOLMUT,SULAWESION.COM– Sebanyak tiga sekolah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) dinilai pada hari kedua dalam penilaian sekolah Adiwiyata tingkat Kabupaten Bolmut, Selasa 21 Oktober 2025.
Tiga sekolah tersebut adalah SMPN 12 Bolmut di Kecamatan Kaidipang. SMPN 15 Bolmut Kecamatan Pinogaluman dan SMPN 10 Bolmut Kecamatan Bolangitang Barat.
Tim penilai yang terdiri dari dinas lingkungan hidup, dinas pendidikan dan kebudayaan Bolmut, Kemenag Bolmut, pegiat lingkungan dan media mendatangi dan melihat langsung sekolah yang mengikuti penilaian Adiwiyata tahun 2025.
Salah satu poin penilaian adalah bagaimana tidak menggunakan plastik sekali pakai. Nah, enam sekolah yang dinilai Adiwiyata ini mulai dan sudah ada yang mengajak membawa tumbler bagi siswa. Bahkan sudah diterapkan.
Termasuk tiga sekolah yang dinilai Adiwiyata pada hari kedua. Ketua Osis SMPN 15 Bolmut, Rezky Gobel mengatakan disekolahnya sudah menerapkan untuk membawa botol air dari rumah atau tumbler.
Jikalau air habis. Bisa diisi kembali ditempat air minum yang disediakan oleh pihak sekolah.

Hal yang sama disampaikan oleh ketua osis SMPN 10 Bolmut Muzakir Damogalad yang didampingi wakil ketua osis Sifa Mandjurungi.
Menurut mereka berdua siswa di sekolah SMPN 10 Bolmut harus membawa tumbler. Hal ini untuk mengurangi penggunaan sampah plastik.
Bahkan, kata Muzakir bagi siswa yang tidak membawa tumbler akan mendapat denda Rp2 ribu. Denda ini nantinya akan digunakan untuk mengisi air kembali dan digunakan oleh para siswa yang membawa tumbler.
Program serupa juga dilakukan oleh SMPN 15 Bolmut dengan mengimbau para siswa membawa tumbler.

Membawa tumbler, dari pengakuan para siswa selain mengurangi sampah plastik. Pengeluaran jajan juga berkurang untuk membeli minuman ketika haus.
Sementara itu kepala sekolah SMPN 10 Bolmut Heni Lasama menambahkan ajakan membawa botol air dari rumah kepada siswa sudah berdasarkan keputusan bersama dengan berbagai pihak.
“Dan telah mendapat dukungan juga dari komite sekolah dan orang tua. Termasuk soal denda bagi yang tidak membawa tumbler,”katanya.
Sementara itu Pelaksana tugas (Plt) kepala dinas lingkungan hidup Kabupaten Bolmut Adler Manginsoa melalui kepala bidang Penataan, Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan hidup Raden Mokoginta mengatakan tahun ini ada enam sekolah yang akan dinilai dalam lomba Adiwiyata yang keseluruhannya adalah SMPN.
“Dimana setiap Kecamatan ada satu sekolah yang akan dinilai,”ujarnya.
Sekolah Adiwiyata menurut Mokoginta, bagaimana dapat mendidik generasi yang peduli terhadap kelesterian lingkungan.

Sekolah Adiwiyata sendiri adalah sekolah yang menerapkan sistem dan budaya peduli lingkungan.
“Sekolah Adiwiyata bukan hanya sebatas lomba. Melainkan program bagaimana sekolah menerapkan kepedulian terhadap lingkungan,”kata Mokoginta.
Salah satu tim penilai dari pegiat lingkungan Sam Tampusu menambahkan dengan adanya pengembangan sekolah Adiwiyata di Bolmut Ini adalah bukti nyata dari komitmen dari pemerintah dan seluruh warga sekolah dalam menjaga lingkungan.
“Dengan harapan kita bisa terus meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam pelestarian lingkungan,”jelasnya.
Penilaian Adiwiyata ini menjadi motivasi bagi sekolah berinovasi dalam menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, hijau, dan sehat.
Ini bisa menjadi contoh bagi sekolah lain dan masyarakat sekitar untuk terus menjaga lingkungan.
Leader Word Cleanup Day (WCD) Bolmut ini menambahkan menolak botol minum sekali pakai adalah aksi nyata yang bisa dilakukan setiap hari.

Ini tentang mengubah kebiasaan kecil yang berdampak besar. Pada hari kedua penilaian calon sekolah Adiwiyata ini, salah satu sekolah yang menerapkan program wajib membawa tumbler dari rumah, kelihatan sepele.
“Akan tetapi ini adalah program yang mendukung dan mendorong generasi muda untuk bijak plastik sejak dini. Bayangkan jika semua orang melakukan hal yang sama. Kita bisa menciptakan perubahan positif yang luar biasa. Jadi, mari bawa botol minummu, jadilah bagian dari solusi, dan inspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama,”jelasnya.







