BOLMUT,SULAWESION.COM– Desa Apeng Sembeka, Kecamatan Sangkub, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) hampir setiap tahun mengalami banjir pesisir.
Kepala desa Apeng Sembeka Yohanes Luminuhe mengatakan salah satu masalah utama di desanya adalah bagaimana menghadapi banjir pesisir (banjir rob). Yang hampir setiap tahun selalu terjadi di desanya.
Walau katanya, sejauh ini belum ada korban jiwa, tapi banjir pesisir ini hingga ke pemukiman warga. Bahkan sampai masuk dalam rumah.
Banjir pesisir akan lebih parah lagi jika bersamaan dengan hujan yang intensitas tinggi yang mengakibatkan air sungai meluap. Banyak rumah warga yang terendam. Sampai puluhan Kepala Keluarga (KK).
Sampai hari ini, katanya ia terus berpikir bagaimana menangani masalah ini. Beberapa tahun hingga saat ini, melalui dana desa ia membangun tanggul penahan ombak. Yang juga memperkecil dampak banjir pesisir.
Sementara itu, Ricky Daniel Aror Meteorologist dari BMKG Maritim Bitung menambahkan dari beberapa sumber yang pihaknya dapat, memang ada peningkatan banjir pesisir di wilayah Sulawesi Utara (Sulut).
“Sebagai contoh di pulau Manado Tua yang hampir setiap bulan mengalami banjir pesisir,”jelasnya.
Saat ditanya apa karena ada dampak perubahan iklim. Ia mengatakan secara global memang isu perubahan iklim memang terjadi.
“Salah satu indikasi atau akibat pemanasan global yaitu naiknya permukaaan air laut,”ungkapnya.
Dilansir dari Mongabay Indonesia studi dari Climate Central dengan judul Rising Seas Stretch Risk Zones menyebutkan adanya perluasan risiko banjir pesisir tahunan, salah satunya Indonesia.
Tanpa adanya pertahanan pesisir, ditingkatkan atau baru, populasi akan menghadapi banjir rutin atau bahkan tenggelam dalam 30 tahun ke depan.
Indonesia menduduki peringkat kelima dengan risiko banjir pesisir tahunan akan meluas ke daratan dan berdampak bagi 23 juta orang, angka ini meningkat hampir 5 kali lipat dari perhitungan data elevasi sebelumnya.
Sebelumnya pada kegiatan musrenbang 2026, Bupati Bolmut Sirajudin Lasena mengingatkan saat ini bagaimana diperhadapkan dengan berbagai tantangan global yang dinamis, mulai dari ketidakpastian geopolitik, perubahan iklim, hingga fluktuasi harga komoditas.
“Pembangunan adalah warisan, maka pastikan yang kita bangun hari ini menjadi berkah untuk generasi mendatang,”jelasnya.
Pada Musrenbang pemprov 2026. Baik dari isu global dan hingga skala Sulawesi Utara. Salah satu yang menjadi perhatian adalah soal perubahan iklim.
Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Bolmut kedepan. Bagaimana memperkuat pertahanan desa pesisir dalam menghadapi perubahan iklim. Tentu butuh kajian sejauh mana perubahan iklim berdampak pada desa pesisir di Bolmut.
Banjir pesisir juga melanda wilayah pemukiman desa Boroko, Kecamatan Kaidipang sejak tanggal 30 Maret hingga 1 April 2025 hingga ke pemukiman warga. Bahkan menurut warga pada tanggal 2 April 2025 air masih naik tapi tidak sampai ke pemukiman warga.
“Setiap tahun air sering naik. Tapi tidak masuk sampai ke rumah warga. Hanya saja tahun ini sampai ke rumah warga,”ujar warga Boroko.
Kepala desa Tanjung Labuo Arman Pantuko menyebut tahun 2022 menjadi tahun terparah abrasi yang dialami di desanya. Bahkan saat abrasi tersebut desanya mengalami banjir pesisir hingga ke pemukiman warga.
“Saat itu sumur warga ada yang kemasukan air asin akibat banjir rob. Air dari pantai tergenang di halaman rumah warga. Saat ini juga saya waspada, tahun 2023 lalu terus bersiaga saat cuaca buruk. Termasuk kalau terjadi dampak angin barat,”tutur Pantuko pada 2024 silam.