Perubahan Iklim: Ancaman Banjir Pesisir dan Abrasi di Bolmut

Desa Apeng Sembeka, Kecamatan Sangkub. Tampak penahan abrasi dan banjir pesisir yang dibangun oleh pemerintah desa melalui dana desa. (Foto Fandri Mamonto)

BOLMUT,SULAWESION.COM- Apeng Sembeka, salah satu desa pesisir di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Sulawesi Utara (Sulut) yang terletak di Kecamatan Sangkub.

Desa ini menghadapi masalah ancaman banjir pesisir dan abrasi setiap tahunnya. Beragam cara telah dilakukan pemerintah desa setempat.

Bacaan Lainnya

Sangadi (Kepala desa) Apeng Sembeka Yohanes Luminuhe berujar, salah satu masalah utama di desanya adalah bagaimana menghadapi banjir pesisir (banjir rob). Yang hampir setiap tahun selalu terjadi di desanya.

Walau katanya, sejauh ini belum ada korban jiwa, tapi banjir pesisir ini hingga ke pemukiman warga. Bahkan sampai masuk dalam rumah. Termasuk rumahnya pak sekdes.

“Anaknya pak sekdes, bahkan sering bermain air dalam rumah akibat banjir pesisir ini,”katanya Kamis 24 April 2025.

Banjir pesisir akan lebih parah lagi jika bersamaan dengan hujan yang intensitas tinggi yang mengakibatkan air sungai meluap. Banyak rumah warga yang terendam. Sampai puluhan Kepala Keluarga (KK).

Sampai hari ini, katanya ia terus berpikir bagaimana menangani masalah ini. Beberapa tahun hingga saat ini, melalui dana desa ia membangun tanggul pemecah/penahan ombak. Yang juga memperkecil dampak banjir pesisir. Sebelumnya ada.

Soal banjir pesisir di desanya selalu ia sampaikan di Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) agar menjadi perhatian.

Bahkan, sebelumnya juga pernah dilihat langsung oleh salah satu pejabat yang ada di Kabupaten Bolmut. Beberapa usulan program ia telah sampaikan terkait pembangunan di desanya.

Bukan hanya banjir pesisir, terkadang kata warga Apeng Sembeka air sering masuk hingga ke halaman rumah akibat ombak yang tinggi.

Banjir pesisir juga melanda desa Boroko, Kecamatan Kaidipang pada tahun ini. Media ini mencatat banjir pesisir terakhir melanda Boroko, Ibukota Kabupaten Bolmut pada Senin 28 April 2025. Beberapa rumah terendam.

Warga desa Boroko saat ditemui media ini mengatakan banjir pesisir datang sekitar pukul 06.00 pagi. Dirinya tidak menyangka banjir hari ini hingga masuk ke dalam rumah.

“Pasalnya pada pekan lalu, air sempat naik. Tapi tidak sampai masuk kedalam rumah. Ada sekitar satu jam banjir tadi. Tapi kemudian airnya sudah turun,”ujarnya beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kejadian seperti ini yang dia ketahui biasanya terjadi bulan Desember. Tapi tahun ini hampir setiap bulan terjadi. Bahkan ada peningkatan.

Disela-sela wawancara ia menunjukan tinggi air yang merendam rumahnya. Diperkirakan ada sampai sekitar 30 cm. Pantauan media ini sekitar pukul 09.00 WITA air sudah surut.

Sebelumnya banjir pesisir juga melanda wilayah pemukiman desa Boroko, Kecamatan Kaidipang sejak tanggal 30 Maret hingga 1 April 2025 hingga ke pemukiman warga. Bahkan menurut warga pada tanggal 2 April 2025 air masih naik tapi tidak sampai ke pemukiman warga.

Kepala desa Tanjung Labuo Arman Pantuko menyebut tahun 2022 menjadi tahun terparah abrasi yang dialami di desanya. Bahkan saat abrasi tersebut desanya mengalami banjir pesisir hingga ke pemukiman warga.

“Saat itu sumur warga ada yang kemasukan air asin akibat banjir rob. Air dari pantai tergenang di halaman rumah warga. Saat ini juga saya waspada, tahun 2023 lalu terus bersiaga saat cuaca buruk. Termasuk kalau terjadi dampak angin barat,”tutur Pantuko pada 2024 silam.

Selain banjir pesisir masalah yang dihadapi oleh desa-desa pesisir di Bolmut adalah persoalan abrasi. Salah satunya Abrasi yang melanda pesisir pantai Bolangitang II, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) semakin parah tahun ini.

Abrasi pantai yang melanda desa Bolangitang II. (Foto Fandri Mamonto)

Dilokasi abrasi pantai Bolangitang II tampak beberapa pohon kelapa roboh akibat abrasi pantai.

Kepala dusun III desa Bolangitang II, Echal Latief mengatakan tahun-tahun sebelumnya memang sering abrasi. Tapi kali ini cukup parah.

“Apalagi kejadian gelombang pasang surut sering tiba-tiba,”ujarnya.

Ia menambahkan hal ini juga diperparah dengan saat gelombang pasang surut air laut kuat bertemu dengan arus sungai kuat ditambah luas daratan diujung sungai itu daratannya sudah kecil.

Ketahanan Pesisir Bolmut di Masa Depan

Ricky Daniel Aror Meteorologist dari BMKG Maritim Bitung menambahkan dari beberapa sumber yang pihaknya dapat, memang ada peningkatan banjir pesisir di wilayah Sulut.

“Sebagai contoh di pulau Manado Tua yang hampir setiap bulan mengalami banjir pesisir,”jelasnya belum lama ini.

Saat ditanya apa karena ada dampak perubahan iklim. Ia mengatakan secara global memang isu perubahan iklim memang terjadi.

“Salah satu indikasi atau akibat pemanasan global yaitu naiknya permukaaan air laut,”ungkapnya.

Sementara itu berdasarkan analisis data dari dokumen analisis Banjir Rob Boroko pada 28 April 2025 dari BMKG stasiun meteorologi kelas II maritim Bitung.

Dosen jurusan ilmu kelautan Fakultas Kelautan dan Teknologi Perikanan (FKTP) Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Faizal Kasim mengatakan potensi penyebab banjir Rob dipicu oleh kombinasi faktor alamiah dan kemungkinan dampak perubahan iklim.

Pertama pasang surut ekstrem, tinggi pasang air laut pada 28 April 2025 mencapai 2,9 meter (pukul 06.00 WITA), hampir mendekati ambang batas kritis.

Mungkin fenomena ini menjadi penyebab utama banjir karena bisa saja air laut merembes (menyebabkan inundation) ke daratan melalui saluran drainase atau pori-pori tanah.

Pasang maksimum terjadi bersamaan dengan waktu kejadian banjir (pukul 06.00 WITA), menunjukkan korelasi langsung antara pasang ekstrem dan banjir.

Arah dan kecepatan angin. Dimana angin dari arah Barat Daya dengan kecepatan 8 knot (≈15 km/jam) mungkin memperkuat aliran air laut ke daratan, meski intensitasnya tidak tergolong ekstrem.

Kondisi cuaca cerah berawan. Tidak ada hujan deras yang tercatat pada saat kejadian (berdasarkan citra satelit), sehingga ada kemungkinan banjir lebih dominan disebabkan oleh intrusi air laut, bukan limpasan hujan.

“Dampak perubahan Iklim. Yang ini dugaan secara teoritis dan perlu pembuktian data empiris bahwa kenaikan permukaan laut akibat pencairan es dan ekspansi termal air laut meningkatkan frekuensi dan keparahan banjir rob di pesisir,”ujarnya.

Mengingat, data historis di internet menunjukkan peningkatan kejadian serupa di Sulawesi Utara dalam dekade terakhir.

“Perubahan pola pasang-surut dan intensitas angin akibat anomali iklim global (seperti El Niño/La Niña) dapat memperparah situasi,”kata mahasiwa doktoral bidang ilmu lingkungan Unhas ini.

Menurutnya, Banjir rob di Boroko merupakan fenomena yang dipengaruhi oleh pasang surut ekstrem dan faktor iklim.

Meski penyebab langsungnya adalah kondisi hidrometeorologi alamiah, perubahan iklim memperparah frekuensi/intensitas kejadian dan dampaknya.

“Mitigasi jangka pendek (peringatan dini, infrastruktur darurat) harus diimbangi dengan adaptasi jangka panjang (relokasi permukiman, restorasi ekosistem) untuk memastikan ketahanan pesisir di masa depan,”katanya.

Di mana, kolaborasi antar instansi, masyarakat, NGO, termasuk media, dan lembaga pendidikan.

“Atau bahkan lembaga internasional bisa menjadi kunci keberhasilan strategi mitigasi dan adaptasi tersebut,”jelasnya.

Sementara itu I Nyoman Suyasa, Politeknik Ahli Usaha Jakarta, dalam diskusi forum bumi solusi dengan tema solusi darat dan laut terpadu Indonesia yang digelar oleh National Geograpchic Indonesia dan yayasan kehati mengatakan salah satu ancaman pada lanskap darat dan laut adalah perubahan iklim. Dimana kenaikan suhu dan permukaan laut.

“Ini mengancam habitat, menyebabkan pemutihan karang dan ekosistem laut,”katanya pada Rabu 4 Juni 2025 di Jakarta.

Dirinya berharap adanya integrasi lanskap darat dan laut. Dengan meningkatkan kolaborasi, memperkuat kebijakan. Meningkatkan kesadaran partisipasi masyarakat.

“Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan investasi berkelanjutan,”ujarnya.

Suyasa menambahkan, integrasi pengelolaan lanskap darat dan laut adalah kunci untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam, mendukung keanekaragamaan hayati dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebelumnya pada kegiatan musrenbang 2026, Bupati Bolmut Sirajudin Lasena mengingatkan saat ini bagaimana diperhadapkan dengan berbagai tantangan global yang dinamis, mulai dari ketidakpastian geopolitik, perubahan iklim, hingga fluktuasi harga komoditas.

Bupati Bolmut Sirajudin Lasena Saat Memberikan Sambutan Pada Musrenbang 2026. Dan Mengingatkan Soal Perubahan Iklim (Dok Kominfo Bolmut)

“Pembangunan adalah warisan, maka pastikan yang kita bangun hari ini menjadi berkah untuk generasi mendatang,”jelasnya.

Pada Musrenbang pemprov 2026. Baik dari isu global dan hingga skala Sulawesi Utara. Salah satu yang menjadi perhatian adalah soal perubahan iklim.

Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Bolmut kedepan. Bagaimana memperkuat pertahanan desa pesisir dalam menghadapi perubahan iklim. Tentu butuh kajian sejauh mana perubahan iklim berdampak pada desa pesisir di Bolmut.

Kepala Bapelitbang Bolmut Aroman Talibo mengatakan pemkab saat ini sedang menyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RTRW yang didalamnya juga bagaimana perlindungan tata ruang pesisir.

Selain itu, terkait ketahanan pesisir Aroman menambahkan kolaborasi dengan semua pihak sangat dibutuhkan. Termasuk bagaimana penanaman mangrove. Hingga pembuatan pemecah ombak.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan