BOLMUT,SULAWESION.COM– Produksi jagung di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) sempat mencapai 109.712 ton pada tahun 2017 berdasarkan data pemerintah Kabupaten.
Saat itu, pada tahun 2017 dengan luas panen mencapai 26694 Hektar (Ha). Namun setelah itu produksi mengalami penurunan di tahun-tahun berikutnya.
Bahkan pada 2023 produksi jagung hanya ada diangka 26846 ton dengan luas panen mencapai 4882 Ha.
Produksi pada 2023 adalah yang terendah dalam tujuh tahun sejak tahun 2017. Hal yang sama juga terjadi pada luas panen.
Sementara itu produksi jagung tahun 2018 mencapai 46.340 ton, 2019 diangka 66.196 ton, 2020 turun menjadi 53.547 ton. Kemudian 2021 turun lagi menjadi 51.689 ton. 2022 naik dibandingkan 2021 yaitu mencapai 53.148 ton.
Kepala Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluh Dinas Pertanian Bolmut Syarifuddin menyebut ada beberapa faktor mengapa produksi jagung menurun pada periode tersebut.
“Salah satunya karena ada dampak perubahan iklim,”ujarnya, Kamis 27 November 2025.
Ia menambahkan, selain itu terjadinya bencana alam di Bolmut beberapa waktu lalu menyebabkan produksi jagung menurun.
“Sebelum 2023 adanya regulasi yang ketat terkait pupuk bersubsidi juga menjadi penyebab mengapa produksi jagung menurun. Ada faktor hama dan penyakit lagi,”katanya.
Bencana alam, kata Kabid mencontohkan bagaimana banjir dan longsor yang terjadi pada 2020 melanda wilayah Bolmut salah satunya Kecamatan Sangkub mengakibatkan produksi jagung menurun.
Berdasarkan data pemkab Bolmut produksi jagung di Kecamatan Sangkub menurun drastis pada 2020 dimana hanya mencapai 7.620 ton dibandingkan tahun 2019 yaitu 14.262 ton.
Sebelumnya Wakil Bupati Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) Aditya Pontoh saat menyerahkan benih jagung hibrida varietas Jafran mengatakan penyerahan benih jagung hibrida tersebut dalam rangka mendukung program swasembada pangan nasional.
Dan bentuk apresiasi kepada petani jagung yang ada di Bolmut serta upaya dalam meningkatkan produksi jagung di daerah.
Adit menyampaikan rasa syukur atas dukungan pemerintah pusat yang kembali menyalurkan bantuan bibit tahap II sebanyak 57 ton, dengan target capaian lahan seluas 3.800 hektare.
Selain itu, Wakil Bupati juga menegaskan akan pentingnya penentuan komoditas unggulan daerah. dengan adanya komoditas unggulan daerah disektor pertanian nantinya dapat menarik masuknya investor.







