BOLMUT,SULAWESION.COM- Hama tikus mulai menyerang tanaman milik petani yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut). Informasi yang ada tanaman di lahan pertanian dua desa di Kecamatan Bolangitang Timur (Boltim) diserang hama tikus.
Salah satu petani yang ada di desa Biontong II mengatakan hama tikus saat ini sangat meresahkan menyerang tanaman pertanian.
Menurutnya, ada beberapa tikus yang dilihatnya agak berbeda model tikusnya. Ukurannya cukup besar dibandingkan tikus yang sering ia lihat.
Kepala Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluh Dinas Pertanian Bolmut Syarifuddin mengatakan laporan saat ini hama tikus menyerang duluan di desa Biontong I.
Di desa Biontong I laporan diakhir puasa ada kurang lebih lima hektar lahan pertanian yang terkena serangan hama tikus. Tapi saat ini sudah panen.
“Untuk Biontong II, laporan yang masuk kurang lebih empat hektar lahan yang terkena dampak hama tikus,”ungkapnya.
Sementara itu dilansir dari laman brin.go.id pengendalian hama di lahan pertanian tak lagi hanya bergantung pada racun atau perburuan massal.
Pendekatan berbasis ekologi mulai diadopsi secara luas. Salah satunya melalui pemanfaatan predator alami, terutama dalam mengatasi serangan tikus yang menjadi momok di lahan pertanian.
Salah satu solusi alami yang terbukti efektif dan efisien adalah pemanfaatan burung hantu jenis Tyto alba sebagai predator alami utama serangan hama tikus.
“Tyto alba memiliki kemampuan memangsa tikus dalam jumlah signifikan di alam terbuka,” ujat peneliti ahli madya yang juga Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yudhistira Nugraha.
Seekor burung hantu dewasa mampu memakan beberapa ekor tikus per malam. Hanya saja predator alami tidak akan cukup efektif jika terjadi ledakan populasi tikus.
Sehingga strategi pengendalian harus bersifat komprehensif dengan menggabungkan metode mekanik seperti grobyokan, pengemposan sarang, serta sistem trap barrier sebagai tindakan preventif.
“Pendekatan terpadu ini menjadi kunci agar populasi tikus bisa ditekan dengan cepat sebelum stabil kembali dengan bantuan predator alami,”katanya.
Penggunaan burung hantu sebagai pengendali hama juga memerlukan pengelolaan yang cermat.
Jika populasi Tyto alba tidak dikendalikan dan makanan utama mereka menipis, mereka bisa memangsa spesies lain seperti burung kecil, kelelawar, bahkan ternak kecil.
“Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu keseimbangan ekosistem lokal. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan dan pengaturan populasi secara berkelanjutan,”jelasnya.
Keberhasilan pendekatan ini sangat bergantung pada keterlibatan petani, edukasi yang memadai, dan dukungan kebijakan dari pemerintah.
Sinergi konservasi yang menyatu dengan strategi pengendalian hama terpadu adalah masa depan sistem pertanian modern yang aman dari hama tanpa merusak lingkungan.