Teluk Sampolawa Bakal Jadi Pusat Perekonomian Busel

Anggota DPD RI dapil Sultra, H Amirul Tamim (berdiri) saat menjadi narasumber pada Musrenbang RKPD Buton Selatan Tahun 2026 di Gedung Lamaindo, Batauga, Rabu 9 April 2025. (Foto: Basri/Sulawesion.com)

BUSEL, SULAWESION.COM – Teluk Sampolawa yang berada di Kecamatan Sampolawa direncanakan akan menjadi pusat perekonomian masyarakat Kabupaten Buton Selatan (Busel), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Hal itu berdasarkan hasil Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2026 yang dilaksanakan di Gedung Lamaindo, Batauga, pada Rabu 9 April 2025.

Bacaan Lainnya

Anggota DPD RI, H Amirul Tamim saat menjadi narasumber pada musrenbang yang bertajuk “Strategi Mewujudkan Buton Selatan Sebagai Pusat Pertumbuhan Baru Berbasis Kemaritiman dan Sumber Daya Lokal” itu mengungkapkan, akan menjadikan Teluk Sampolawa sebagai pusat perekonomian Buton serta bukan wacana baru.

“Coba kita tarik sejarah ke belakang, jika kita ingin wujudkan pusat pertumbuhan baru sebenarnya sejak zaman dahulu sudah diletakkan oleh para leluhur kita sebagai kawasan pusat pertumbuhan,” ungkap Amirul.

“Indikatornya adalah adanya distrik Sampolawa dan itulah titik sambung dengan Wolio pada waktu itu, sehingga sinyal-sinyal itu harusnya menjadi analisa tata ruang kita dalam menyongsong kawasan Buton Selatan ini,” sambungnya.

Diakuinya, Teluk Sampolawa bukan hanya berada di posisi pertengahan wilayah Busel, namun juga memiliki potensi.

Dimana, lanjut Amirul, dalam waktu 12 bulan setiap tahunnya selalu teduh dan aman dari ombak. Sehingga dinilai sangat memungkinkan untuk dibangun pelabuhan perikanan dan cold storage (ruangan khusus untuk pengawetan hasil laut).

“Jadi ada potensi budi daya dari hasil laut kita itu dengan memanfaatkan Teluk Sampolawa dan Teluk Lande. Kenapa tidak kita jadikan itu sebagai pusat budi daya penggemukan ikan-ikan yang punya nilai ekonomis tinggi,” lanjut Amirul.

“Kita punya nelayan-nelayan yang handal tapi kenapa kita tidak pernah memikirkan bagaimana perencanaan hasil laut kita?, bagaimana mengelola hasil laut itu berbasis teknologi,” lanjutnya lagi.

Kecamatan Batauga yang merupakan ibu kota Kabupaten Busel, jelas Amirul, tidak bisa eksis menjadi pusat perekonomian kabupaten karena memang daya tarik Kota Baubau terlalu kuat.

“Apalagi yang berada pada kawasan Kecamatan Sampolawa dan Lapandewa tidak akan tertarik melewati Batauga karena mereka ada akses lewat Sorawolio untuk ke Baubau. Lebih-lebih Kecamatan Lapandewa yang telah dibukakan akses tembusan antara Burangasi-Wasuemba, mereka lebih tertarik ke Wabula, ke Pasarwajo Kabupaten Buton sana,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Bupati Busel, H Muhammad Adios dengan tegas memastikan ke depan sektor perekonomian akan dipusatkan di Teluk Sampolawa.

“Dan untuk mendukung itu maka kita akan buatkan jalan khusus untuk jalur muatan kontener dari Kecamatan Sampolawa tembus ke Sorawolio menuju Bandara Betoambari Baubau,” tegasnya.

Dikatakannya, rencana tersebut telah mendapat dukungan dari investor untuk pembangunan pelabuhan perikanan dan cold storage di Sampolawa yang akan menampung hasil nelayan masyarakat Busel secara umum.

“Kenapa para investor akan bangun pelabuhan perikanan dan cold storage besar-besaran di Buton Selatan karena Dobo yang kita kenal dengan Kota Cold Storage terbesar sudah tidak layak karena bencana alam gempa bumi,” kata bupati.

“Sehingga para investor mencari satu titik untuk dijadikan lokasi pembangunan cold storage pengganti yakni di Buton Selatan karena wilayah Buton Selatan berada di titik tengah antara barat dan timur wilayah Indonesia,” kata bupati lagi.

“Ditambah lagi wilayah kita Buton Selatan berhadapan langsung dengan Laut Flores dan bagian timur berhadapan dengan Laut Banda, makanya para investor ingin sekali membangun besar-besaran sektor perikanan dan kelautan di Buton Selatan ini,” lanjut bupati.

Adios menuturkan jika pihaknya bersama walikota Baubau mendukung penuh pengembangan Bandara Betoambari Baubau, sehingga nantinya pesawat yang ada bisa mendukung muatan kargo.

“Sehingga pesawat yang ada bisa mengirim hasil perikanan kita ke luar kota bahkan ke luar negeri, ke Jepang, seperti yang dilakukan di Bitung,” tuturnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah V Makassar, Asri Santosa mengaku siap mendukung.

Bahkan di saat yang sama, dirinya langsung perintahkan Kepala Bandara Betoambari Baubau, Anas Labakara segera melengkapi fasilitas penunjang kargo untuk memuat hasil perikanan dari laut Busel.

“Jadi setelah mendengar pemaparan pak bupati Pak Haji Adios dan narasumber kita Pak Amirul Tamim, saya langsung kepikiran dan saya perintahkan pak kepala Bandara Baubau untuk catat bahwa segera lengkapi Bandara Betoambari itu,” sebut Asri.

“Yang utama adalah kapasitas transportasinya, kemudian di bandara itu harus ada cool storagenya, harus segera usulkan itu semua yah,” sebutnya lagi.

Soal kapasitas pesawat udara, beber Asri, yang beroperasi di Bandara Betoambari Baubau saat ini mampu memuat 9 ton kargo. Sehingga dinilai mampu untuk menjawab rencana Pemkab Busel tersebut.

Selain pada bidang perikanan dan kelautan, Asri pun mengakui bahwa pihaknya juga mendukung penuh Pemkab Busel dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Hal itu dibuktikannya dengan siap mendatangkan pesawat Seaplane atau pesawat amfibi di Busel.

“Saya telah melihat langsung keindahan alam yang ada di Busel ini sangat luar biasa, sehingga saya menyarankan kepada pak bupati untuk bersurat dan butuhnya berapa pesawat terbang untuk kita datangkan,” beber Asri.

“Jadi kita siapkan namanya pesawat Seaplane, itu take off dan landingnya di laut. Yang dibutuhkan hanya dermaga untuk sandarnya pesawat itu dan itu pak bupati sudah sampaikan ke saya bahwa beliau sanggup untuk menyediakan dermaga pada setiap pulau yang menjadi lokasi wisata,” beber Asri lagi.

“Dan nanti bisa dilengkapi dengan floating, fungsinya nanti pesawat itu bisa terkoneksi dengan medical evacuation yang berfungsi untuk mengangkut pasien rujukan yang sakit emergency, utamanya bagi ibu-ibu yang melahirkan,” kuncinya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan