BUTON TENGAH, SULAWESION.COM – Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Tingginya angka stunting di Kabupaten Buton Tengah (Buteng) yakni 42%, membuat Pemda Buteng harus bergerak cepat untuk menangani dan menurunkan angka tersebut.
Salah langka yang diambil Pemda saat ini yakni, dengan mengandeng Kader Pembangunan Manusia (KPM) tingkat desa dan Kader Pelaku Kelurahan (KPK) untuk diberikan edukasi dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita lingkungannya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buton Tengah (Buteng) Kasman mengatakan kegiatan yang dilakukan hari ini merupakan aksi yang kelima dari delapan aksi yang akan dilakukan untuk mempercepat penanganan stunting.
Adapun kedelapan aksi tersebut lanjut Kasman, yakni, (1) Analisis situasi sudah dilakukan, (2) Penyusunan Rencana kegiatan, (3) Aksi rembuk stunting, (4) Aksi peraturan Bupati peran desa/kelurahan, (5) Pembinaan KPM dan KPK, (6) Aksi manajemen data, (7) Pengukuran dan Publikasi dan (8) Review kinerja.
“Jadi ini merupakan aksi yang kelima, dan akan dilakukan di semua kecamatan, kemarin kami lakukan di Kecamatan Gu dan Lakudo, Hari ini Kecamatan Mawasangka dan Mawasangka Tengah, selanjutnya di kecamatan Sangia Wambulu, Mastim dan Talaga Raya,” tuturnya saat dikonfirmasi oleh Sulawesion.com usai membuka kegiatan di Kelurahan Mawasangka Kamis (15/9/2022)
Kasman menjelaskan, petugas KPM dan KPK yang telah mendapatkan pembekalan hari ini, rencananya, akan bekerja dan berkolaborasi dengan tenaga medis, petugas BKKBN, dan PKK di desa atau di kelurahan tersebut dalam mengedukasi dan mengintervensi masyarakat akan pentingnya menjaga pola makan dan kesehatan agar terhindar dari stunting.
“Kalau ada kolaborasi seperti ini dan berjalan dengan baik kedepannya, Insyaallah angka stunting bisa menurun, karena pola edukasinya kepada masyarakat berjalan dengan baik, sehingga dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat yang sehat dan bergizi kedepannya, ” pungkasnya
Sementara Kepala Puskesmas Mawasangka Darni mengatakan sebenarnya pencegahan stunting ini sudah menjadi kegiatan rutinitas setiap Puskesmas, mulai dari pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri jika ditemukan pertumbuhan usia, lingkar perut, lingkar lengan atas dan berat badannya tidak sesuai.
Selanjutnya, pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil dan menyusui 90 tablet, ditambah kue ibu hamil. Kemudian penimbangan bayi, dari umur 0-11 bulan dan dipastikan bayinya mendapat imunisasi dasar lengkap. Setelah itu, diusia 6 – 12 tahun dilakukan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilakukan setiap tahun,
“Jadi langkah-langkah itu yang kami lakukan selama ini, tetapi jika dilapangan kami temukan ada balita yang gizinya kurang itu kami berikan susu formula dan biskuit balita, kalau gizi buruk kami berikan khusus susu untuk gizi buruk,” jelasnya
“Dan itu kami pantau terus sampai badannya sehat dan normal seperti biasanya,” Pungkasnya
Ali Tidar | Guesman Laeta