KOTAMOBAGU, SULAWESION.COM – La Nina (salah satu fenomena alam yang terjadi secara periodik di Samudera Pasifik) diprediksi akan berlangsung selama empat bulan ke depan di Indonesia.
Dari perkiraan cuaca tersebut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar selalu waspada.
Penyebabnya, adanya peningkatan suhu permukaan laut pada bagian timur dan barat samudra daripada biasanya pada masa peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Oleh karena itu dibutuhkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya bencana banjir, longsor dan bencana alam lainnya.
Sebelumnya, BMKG telah merilis informasi yang menyatakan bahwa hingga saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik dengan intensitas sedang (moderate).
Dari hasil pemantauan terhadap indikator laut dan atmosfer menunjukkan, suhu permukaan laut mendingin -0.5 derajat hingga -1.5 celcius selama tujuh dasarian terakhir (70 hari), diikuti oleh dominasi aliran zonal angin timuran yang merepresentasikan penguatan angin pasat.
Terjadinya La Nina pada periode awal musim berpotensi meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah di Tanah Air.
Meskipun memang dampaknya terhadap curah hujan tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal karena tergantung pada musim/bulan, wilayah serta kekuatan La Nina itu sendiri.
Berdasarkan kondisi di atas, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas deras disertai kilat/petir dan angin kencang.
Seperti yang diprediksi hingga Desember 2023 lalu, hampir seluruh wilayah 15 kabupaten/kota di Sulawesi Utara berpotensi diguyur hujan pada pagi maupun malam hari.
Terkait fenomena tersebut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kotamobagu Asrianty mengimbau masyarakat agar tetap meningkatkan kewaspadaan di tengah cuaca ekstrem yakni fenomena La Nina yaitu curah hujan meningkat dan angin kencang.
“Sampai dengan pertengahan Juni 2024, bahkan Agustus Sulawesi Utara (Sulut_RED) masih diguyur hujan. Fenomena ini jelas berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana sebagian besar wilayah di Sulut mengalami musim kemarau yang panjang,” imbaunya.
“Dari hasil analisa BMKG Stasiun Klimatologi Sulawesi Utara musim hujan ini masih akan berlangsung sampai dengan tiga bulan 2024. Artinya musim kemarau diperkirakan baru akan mulai pada pertengahan Agustus mendatang,” sambung Asrianty.
Menurutnya tahun 2023 lalu wilayah Sulawesi Utara terkena dampak El–Nino kemarau. Bahkan ada satu daerah yakni Likupang Kabupaten Minahasa Utara mengalami musim tanpa hujan atau kemarau.
Sementara, lanjutnya 2024 ini, ada kebalikan
cuaca yang disebabkan La Nina. Hal tersebut membuat musim kemarau di Sulawesi Utara cenderung lebih pendek dan alami pemunduran.
“Harusnya fase musim hujan itu sudah berakhir di Mei tapi karena La Nina maka musim kemarau mengalami pemunduran di bulan Agustus sesuai prediksi BMKG,” ujar Asrianty.
Meski demikian, tegas Asrianty, jika intensitas hujan di setiap daerah di Sulawesi Utara berbeda-beda apa lagi di Kota Kotamobagu, semua tergantung ketinggian tempat atau wilayah serta jarak dari sumber air, barisan pegunungan dan juga luasan daratan dan perairan.
“Semoga fenomena cuaca ini cepat berakhir dan saya mengimbau agar semua masyarakat bisa meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana yang akan terjadi akibat curah hujan yang masih terus terjadi,” tegasnya.