MAKASSAR,SULAWESION.COM— Tim mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali menorehkan prestasi melalui inovasi riset di bidang kesehatan. Mereka berhasil mengembangkan agen neuroprotektif berbasis bahan alam yang berpotensi mendukung penanganan penyakit Alzheimer. Tim yang menamakan diri REDALPHA yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa – Riset Eksakta (PKM-RE).
Dalam risetnya, tim REDALPHA mengembangkan sistem penghantaran obat berbasis Nanostructured Lipid Carriers (NLCs) yang dikombinasikan dengan Ion Responsive In Situ Gel (IRISG-NLCs). Sistem ini dirancang untuk meningkatkan efektivitas α-tokoferol, senyawa alami dari buah merah yang memiliki aktivitas neuroprotektif dan antioksidan tinggi.
α-Tokoferol diketahui mampu melindungi sel saraf dari kerusakan akibat penumpukan plak beta-amiloid dan stres oksidatif yang berperan penting dalam perkembangan penyakit Alzheimer.
Ketua tim, Rindy Aulia Septriasa W, menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan menghadirkan inovasi berbahan alam yang aman, efektif, serta menggali potensi kekayaan hayati Indonesia.
“Kami ingin menunjukkan bahwa bahan alam Indonesia seperti buah merah memiliki potensi besar dalam pengembangan agen neuroprotektif yang dapat melindungi sel saraf dari kerusakan,” ujar Rindy, Rabu (15/10/2025).
Penelitian ini mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Belmawa serta Universitas Hasanuddin.
“Kegiatan riset dilaksanakan di berbagai laboratorium Fakultas Farmasi Unhas—antara lain Laboratorium Farmakognosi, Fitokimia, Farmasetika, Biofarmasi, Farmakologi, dan Toksikologi—selama kurang lebih tiga bulan sejak Juli 2025,” katanya.
Selain itu, proses penelitian meliputi ekstraksi buah merah, validasi kandungan α-tokoferol, pembuatan dan karakterisasi NLCs, hingga formulasi gel ion responsif.
“Hasil uji awal menunjukkan bahwa sistem IRISG-NLCs mampu menghantarkan α-tokoferol melalui rute intranasal, yang berpotensi meningkatkan efektivitas penghantaran senyawa ke otak,” ujarnya.
Ia berharap hasil riset ini dapat menjadi dasar pengembangan agen neuroprotektif berbasis bahan alam Indonesia, sekaligus memperkuat kontribusi mahasiswa dalam riset kesehatan global.







