Poltekkes Kemenkes Makassar Adakan Pelatihan Pembuatan Roti Tawar Gatuk Bagi Ibu Menyusui

MAKASSAR,SULAWESION.COM- Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Gizi menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat bertema “Pelatihan dan Praktek Pembuatan Roti Tawar Gatuk pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya”.

Diketahui, acara ini bertujuan memberikan informasi dan pengetahuan kepada ibu menyusui mengenai pembuatan roti tawar dengan substitusi tepung ikan gabus dan daun katuk, yang merupakan inovasi teknologi pangan lokal.

Penanggungjawab kegiatan Pengmas, Lydia Fann mengatakan, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu menyusui mengenai pembuatan roti tawar tepung gatuk.

“Tepung ikan gabus dan daun katuk yang digunakan dalam pembuatan roti tawar ini kaya akan gizi yang penting untuk ibu menyusui. Roti tawar gatuk diharapkan bisa menjadi alternatif pangan yang bergizi, mudah dibuat, dan terjangkau,” katanya.

Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 17 dan 18 Mei 2024 di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar.

Sebanyak 30 ibu menyusui dari wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya ikut serta dalam pelatihan ini. Peserta diberikan materi teori serta praktek langsung pembuatan roti tawar gatuk.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan bahan pangan lokal yang kaya gizi seperti ikan gabus dan daun katuk. Kami berharap ibu menyusui dapat menerapkan pengetahuan yang didapat untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka dan bayi mereka,” ungkap Lydia.

Sementara itu, salah satu anggota tim Pengmas, Thresia Dewi KB, mengungkapkan bahwa Pelatihan ini memberikan solusi praktis dan inovatif bagi ibu menyusui untuk meningkatkan asupan gizi mereka.

“Kami juga berharap ini bisa menjadi inspirasi untuk pengembangan usaha kecil berbasis pangan lokal,” ujarnya.

Dengan adanya kegiatan pelatihan dan praktek ini, diharapkan para ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya dapat meningkatkan asupan gizi mereka melalui konsumsi roti tawar gatuk.

Selain itu, pengetahuan ini juga dapat disebarluaskan ke komunitas lain untuk mendukung pemanfaatan pangan lokal yang kaya gizi.(rls)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *