MAKASSAR, SULAWESION.COM— Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto bersama Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang Djaya Sukarno meninjau Kolam Regulasi Nipa-Nipa atau dikenal dengan Waduk Nipa-Nipa, Sabtu, (17/12/2022).
Keduanya berkoordinasi dalam antisipasi banjir akibat curah hujan yang tinggi dalam dua hari belakangan ini.
Danny, sapaan akrab Ramdhan Pomanto mengatakan pihaknya sudah memerintahkan semua perangkat pemerintah termasuk infrastruktur penanganan banjir untuk dimaksimalkan menghadapi cuaca buruk yang berkepanjangan. Baik itu curah hujan dengan milimeter besar, sampai dengan lamanya curah hujan.
Pasalnya, ia mencatat ada dua faktor, yakni faktor milimeter curah hujan dan lamanya waktu hujan itu turun.
“Dapat kita lihat, waduk Nipa-Nipa yang menyangga Makassar karena air dari yang lain lari ke sini itu pasti dari Makassar sehingga kepala balai telah mengantisipasi itu,” kata Danny, di sela-sela tinjauannya, sore tadi.
Termasuk, kata dia, Pemkot Makassar mengantisipasi dengan menggerakkan semua perangkat daerah; Dinas Sosial, BPBD, Camat, Lurah, RT/RW semua disiapkan.
Danny menjelaskan, Waduk Nipa-Nipa ini mencoba untuk mentranslatekan air. Meski dalam dua hari ini hujan dengan intensitas ringan terus mengguyur tetapi kondisinya masih terkontrol dan terkendali. “Alhamdulillah kondisi cukup terkendali, stabil. Karena dari pantauan (aliran sungai) ini dia mengalir. Itu berarti volume air itu masih bisa ditransfer ke laut lewat sungai ini,” ujarnya yang juga mengamati aliran sungai sekitar waduk.
“Kalau dia tidak mengalir maka bisa banjir. Itu bedanya. Tadinya itu prediksi cuaca tetapi kita lihat lebih ke intensitas hujan ringan. Hari ini saya ingin memastikan bahwa kelurahan, kecamatan dan grup siaga banjir itu semua sigap,” tegasnya.
Apalagi, dirinya selang dua hari sebelumnya sudah memposting berdasarkan aplikasi radar cuaca. Olehnya, ia menekankan pemerintah harus selalu memberikan early warning system (sistem peringatan dini) kepada warga.
“Persoalan banjir itu persoalan kedua, persoalan pertama ialah apakah kita siap menghadapi banjir atau tidak dengan perangkat kerja semuanya siap dengan kapasitas yang ada. Itu yang selalu saya wanti-wanti,” ucapnya.
Kepala BBWS Pompengan Jeneberang Djaya Sukarno mengatakan kondisi di kolam regulasi itu, saat ini antara air sungai dengan spillway-nya masih punya elevasi 1,54 meter dengan curah hujan sejak pagi kenaikan per jamnya 2 cm.
Dengan curah seperti ini, lanjut dia, diprediksi dapat masuk spillway sampai lima hari kedepan. Sementara itu, untuk menyiapkan jika terjadi hujan yang lebat lagi maka timnya siap mengosongkan atau menurunkan permukaan kolam regulasi dengan dua pompa.
“Masing-masing pompa kapasitasnya 2 kubik per detik. Jadi satu detik empat meter kubik dikeluarkan. Hal itu untuk menyiapkan jika curah hujan menjadi lebih tinggi dan lebih lama sehingga sudah siap menerima puncak banjir yang ada di Sungai Tallo ini,” jelas Djaya.
Pengurangan itu sudah dilakukan sejak pukul 14.30 WITA siang tadi.
Pelimpah atau Spillway sendiri merupakan salah satu bangunan pelengkap dari bendungan yang berfungsi sebagai pengaman terhadap bahaya air banjir yang melimpas di atas bendungan (overtopping). Selain itu, bangunan pelimpah juga berfungsi agar debit hujan rancangan yang terjadi cepat mengalir sehingga debit air tidak sempat meluas.
Secara umum metode pengendalian banjir wilayah hilir dilakukan dengan cara mengatur aliran Sungai Tallo. Kolam Regulasi Nipa-Nipa akan menyimpan air untuk sementara waktu selama terjadi puncak banjir melalui pelimpah (spillway) dan mengalirkannya kembali ke hilir Sungai Tallo melalui pintu pengatur (metode gravitasi) dan pompa.
Kolam itu sendiri adalah sebuah kolam untuk pengaturan air yang mencakup tiga wilayah yang saling berbatasan, yakni Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, dan Kota Makassar.(*)