Komunitas Cegah Bunuh Diri di Bawah Naungan Psychological Practice Hanna and Consultant Gelar Festival dan Anniversary

Festival dan Aniversary ke-2 Tahun Komunitas Cegah Bunuh Diri (KCBD) di Psychological Practice Hanna and Consultant, Sabtu (27/5/2023) sore. (Foto: Adi Sururama)

MANADO, SULAWESION.COM – Komunitas Cegah Bunuh Diri atau KCBD yang dinaungi Psychological Practice Hanna and Consultant sukses menggelar festival sekaligus peringatan Aniversary ke-2 Tahun, Sabtu (27/5/2023) sore.

Bacaan Lainnya

KCBD merupakan komunitas yang konsen terkait Mental Health Problems yang fokusnya terhadap Suicide Thoughts yaitu pikiran yang dapat membuat seseorang untuk menghilangkan nyawa.

Hanna Monareh SPsi MPsi Psikolog selaku penggagas KCBD kepada media ini menjelaskan berawal pada tahun 2021 di masa pandemi, Ia berempati dengan keadaan masyarakat sekitar Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut).

Secara pribadi selaku praktisi di tempat praktek yang menangani dan melayani pasien atau klien yang berhubungan dengan Self Health, Hanna melayani bukan hanya satu atau dua klien bahkan bisa sampai 10 atau lebih di masa pandemi.

“Menurut saya ketika di layanan konsultasi itu masih terbatas, akhirnya saya dengan tim memberanikan niat membentuk KCBD,” jelas Hanna yang juga Owner Psychological Practice Hanna and Consultant di Jl Mogandi 15, Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado.

Hanna menambahkan KCBD ini merupakan wadah yang di dalamnya para penyintas bunuh diri yang sudah melakukannya bukan hanya sekali, namun sudah lebih dari 10 kali dengan permasalahan yang beragam.

“Para penyintas ini bukan hanya coba-coba saja. Ini sudah masuk batch yang ketiga, dengan komunitas ini supaya mereka ada support system ibaratnya mereka merasa tidak sendiri,” tambahnya.

Perempuan yang berprofesi sebagai Psikologi Klinis di RSUD Kandouw ini mengungkapkan jika di batch pertama mereka melayani klien hanya lewat layanan media online, para klien pun berasal dari Pulau Jawa sebanyak 20 sampai 30 orang, padahal konsen mereka untuk wilayah Manado saja.

Kemudian batch kedua, lanjut Hanna, karena pandemi sudah mulai membaik maka mulai dibuka dengan tatap muka.

“Ada juga konseling kelompok, yang mendaftar kurang lebih 30 sampai 45 orang. Tetapi kan yang berani untuk komitmen itu kan proses yah, kemudian yang komit ada sekitar 20 orang,” ungkapnya.

“KCBD juga menyediakan layanan terapi, di batch ketiga ini yang mendaftar sudah kurang lebih 50 orang dan itu kami layani lewat tatap muka,” sambungnya.

Selain konseling kelompok, KCBD membuat satu layanan untuk memfasilitasi klien di media online yaitu “Kamar Curhat”, untuk mensupport isu-isu kesehatan mental.

Yang tergabung di dalam kamar curhat bukan hanya dari wilayah Kota Manado atau Sulut saja, tetapi ada juga dari Lampung, Solo dan Kalimantan.

Hanna menuturkan sehubungan dengan event ini, sebenarnya sudah tahun kedua KCBD berposes bersama-sama, Ia bersyukur bisa memberikan dampak positif, bahwasanya mereka bisa memaknai hidupnya.

“Event ini dibuat untuk memfasilitasi teman-teman dengan ide-ide kreatif mereka, ibaratnya mereka bisa tampil tanpa ada label di luar sana. Latar belakang anggota kami pun cukup beragam, ada mahasiswa dan pekerja,” tutur Hanna.

Sejauh perkembangannya, KCBD kini berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulut.

“Ketika sebuah proses kita tidak bisa sendiri, kominutas juga nggak mungkin hanya komunitas, butuh support system juga yang lebih luas. Dinkes Sulut adalah mitra kami, layanan Mobil Kesehatan Mental yang mereka sediakan untuk mensupport bagaimana pendampingan psikologis masalah mental mereka yang sangat tinggi,” katanya.

Selain berkolaborasi dengan Dinkes Privinsi Sulut, KCBD turut berkolaborasi dengan sejumlah komunitas berbeda yang peduli dengan isu kesehatan mental.

Bicara konseling kelompok, terang Hanna, itu ada tahapannya, KCBD memiliki delapan sesi. Dimana berasal dari ungkapan salah satu penyintas yang mampu melewati masa-masa kritis kesehatan mental.

“Bisa dilihat di media akun Instagram @temanbacirita. Dimana statetment mereka dari yang sudah mencoba dan melukai diri mereka lebih dari 10 kali, akhirnya mereka bisa ok, bahwa saya tidak akan melakukannya lagi, saya mencintai diri saya, saya bisa menemukan rumah saya yang bisa peduli ke saya, dan saya bisa produktif,” terangnya.

Adapun salah satu anggota KCBD yang berjuang dengan isu kesehatan mental kini bisa pulih dan menjadi salah satu mahasiswa berprestasi.

“Ketika mereka sudah selesai melewati tahap itu mereka akan kami fasilitasi, seperti kita kasih mereka apresiasi dan mereka jadi tim pendamping juga, artinya pendamping yang akan mensupport ke teman yang lain, saya juga pernah ada di posisi kamu, saya pernah berjuang, yuk kita berjuang bersama,” pungkasnya.

Festival dan aniversary KCBS dimeriahkan dengan sejumlah kegiatan diantaranya Talk Show, Skiring Kesehatan Mental dan Konsultasi, Psikologi, Performance Dancer.

Noufryadi Sururama

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *