Mahasiswa Tuntut Kejelasan Penundaan Pemilihan Raya BEM Fakultas Hukum Unsrat

Aksi demonstrasi di depan gedung Fakultas Hukum Unsrat, Manado, Selasa 3 Desember 2024. (Foto: Kei Mongdong)

MANADO, SULAWESION.COM – Massa aksi tim pemenangan pasangan calon ketua dan wakil kerja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado nomor urut dua, meminta kejelasan penundaan pemilihan raya (Pemira).

Mereka meminta ketidakjelasan penundaan Pemira BEM FH Unsrat, sekaligus menuntut klarifikasi dekan dan pihak pimpinan fakultas atas ketidakjelasan tersebut dengan melakukan demonstrasi di depan gedung FH, Selasa (3/12/2024).

Bacaan Lainnya

Calon Ketua BEM FH nomor urut 2, Rio Van Gobel menyampaikan kepada media ini, tujuan dilaksanakan aksi adalah untuk meminta kejelasan tertundanya pemira dari pimpinan fakultas, dikarenakan dekan hanya mengeluarkan instruksi kepada KPUM tanpa mengeluarkan surat edaran atau berita acara.

“Sebenarnya berbicara tujuan, berasal dari pemilihan raya BEM FH Unsrat pada waktu itu ditunda. Dia ditunda itu atas instruksi dekan dan dibatalkan KPUM lewat pamflet. Alasan ditunda karena ada dugaan pemukulan kepada ketua BPUM dan pada waktu itu ketika korban langsung datang ke fakultas bersama orangtuanya dan segera melaporkan ke dekan,” jelas Rio.

“Lalu dekan ambil instruksi tiba-tiba, tapi masalahnya pada waktu itu dekan hanyalah mengeluarkan instruksi ke KPUM tanpa mengeluarkan surat edaran atau berita acara. Yang mana sehingga saat ini kami mengganggap sebenarnya Pemira masih berlanjut, karena tidak ada legitimasi penundaan tersebut,” sambungnya.

Selain mempertanyakan Pemira, massa aksi juga meminta kejelasan dari dugaan pemukulan terhadap ketua BPUM. Sebab sampai saat ini belum ada hasil dari proses penyelidikan, sehingga banyak rumor menyudutkan salah satu tim sukses pasangan calon sebagai tersangka yang telah mengatur Pemira.

“Masalahnya di sini adalah ketua panwas pada posisi kepalanya ditutup, jadi dia tidak tahu siapa yang memukul dan hanya ada satu bukti bahwa orang yang memukul mengatakan, saya benci kamu jadi panwas, sok sombong seperti itu,” kata Rio.

“Ditambah isu yang beredar dari orang yang tidak bertanggungjawab bilang, bahwa orang yang dipukul sempat melihat yang memukul memakai baju warna hijau. Yang mana PDH BT FH Unsrat berwarna hijau, jadi orang-orang berasumsikan yang memukul dari kami, padahal belum ada bukti apapun sedangkan proses penyelidikan masih berjalan,” tambah Rio yang juga bagian dari BT FH Unsrat.

Atas ketiadaan dekan di tempat, surat tuntutan diterima dengan baik oleh Dr Ralfie Pinasang SH MH selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akademik dan Kerjasama. Dia berjanji akan menyampaikan tuntutan dan meminta konfirmasi kepada dekan pada esok harinya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *