Opini oleh: Sekbid PTKP HMI Komisariat IAIN Manado, Akbar Djafar
MANADO, SULAWESION.COM – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah satu organisasi tertua di bandingkan organisasi kemahasiswaan Islam lainnya.
Di dalam catatan sejarah, perjuangan HMI begitu banyak kontribusi oleh kader-kader HMI untuk menuntaskan permasalahan bangsa Indonesia.
Hal ini dapat kita lihat bagaimana keterlibatan kader HMI di saat agresi ke-2 militer belanda. Tak hanya itu, kader HMI mengambil peran untuk mempertahankan ideologi Pancasila dari rongrongan Ideologi Komunis.
Sehingga istilah HMI tidak hanya sebatas Himpunan Mahasiswa Islam melainkan adalah sebuah bentuk representative “Harapan Masyarakat Indonesia”.
Akan tetapi istilah tersebut hanya sebatas bunga bahasa bagi setiap kader HMI untuk mendoktrin para mahasiswa yang ada di perguruan tinggi/universitas.
Jika dibandingkan kader HMI di zaman orde lama, orde baru dan reformasi dengan kader HMI di era sekarang berbanding 180 derajat. Kader HMI di era sekarang banyak yang sudah disorientasi, bahkan sudah tidak sejalan dengan tujuan HMI.
Nilai Dasar Perjuangan HMI yang seharusnya menjadi pola untuk kader HMI beraktivitas dan menuntaskan persolan bangsa, sekarang hanya menjadi bahan diskursus saja tanpa ada bentuk action dari nilai yang di tanamkan ketika mengikuti Basic Training.
Kita ketahui bersama bahwa Basic Training merupakan sebuah training untuk menanamkan sebuah nilai dan memperkenalkan HMI kepada calon kader, agar ketika mereka masuk di dalam organisasi HMI tidak disorientasi dan sejalan dengan tujuan organisasi didirikan.
Pertanyaan mendasar mengapa kader HMI hari ini disorientasi dan tidak sejalan dengan tujuan organisasi? Hal ini dikarenakan terlalu banyak kepentingan pribadi dan juga diskursus nilai yang hanya terputar di dalam nilai dasar saja tanpa ada implementasi.
Hal ini yang menyebabkan disorientasi dan kemunduran di dalam organisasi HMI. Seharunya di usia yang ke 77 tahun, harus lebih banyak inovasi yang diadakan agar ketika mendoktrin mahasiswa untuk masuk di dalam HMI tidak hanya menggunakan cerita tokoh-tokoh HMI yang banyak berkontribusi di era orde lama, orde baru dan reformasi.
Sangat disayangkan di usia ke-77 tahun, seharusnya organisasi ini lebih banyak inovasi, melainkan terjadi kemunduran yang begitu pesat.
Semoga tulisan ini bisa menjadi catatan atau evaluasi bagi organisasi HMI, agar istilah “Harapan Masyarakat Indonesia” tidak hanya sebatas bunga bahasa saja.
Selamat Milad HMI yang ke-77 tahun.