NTP Sulawesi Utara Februari 2023 Alami Peningkatan

Indeks perkembangan nilai tukar petani atau NTP Provinsi Sulawesi Utara Februari 2023. (Foto: Instagram @Pemprovsulut)

 

MANADO, SULAWESION.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) terus tingkatkan pertumbuhan ekonominya setiap tahun

Pemprov Sulut berhasil meningkatkan indeks harga konsumen, nilai tukar petani, pariwisata, transportasi laut dan udara serta luas pangan dan produksi padi.

Dalam rilis yang disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Asim Saputra melalui zoom meeting Rabu (1/3/2023), disampaikan bahwa pada Februari 2023 indeks harga konsumen dilihat dari inflasi month to month (mtm) Kota Manado menempati urutan ke-9 inflasi di pulau Sulawesi dan urutan ke-74 secara nasional, sedangkan secara year on year (yoy) menempati urutan ke-11 di Pulau Sulawesi dan urutan ke-80 secara nasional.

Artinya, Sulut sebagai penyumbang inflasi terbesar secara mtm yaitu ikan cakalang/ikan sisik sebesar 0,1241 persen, dan secara yty yaitu bensin sebesar 0,9775 persen.

“Nilai tukar petani (NTP) Sulut pada bulan Februari 2023 naik 0,81 persen dan menjadi 105,63 persen dibandingkan dengan bulan Januari yang masih 104,78 persen. Sedangkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen dari nilai 103,77 persen di bulan Januari menjadi 104,37 persen di bulan Februari 2023,”  terang Kepala BPS Sulut Asim Saputra.

Selanjutnya Ketua BPS Sulut memaparkan tentang perkembangan pariwisata di Sulut bulan Januari, dimana wisatawan manca negara yang datang didominasi oleh warga Tiongkok sebanyak 293 orang (36,44 persen), Singapura 113 orang (14,05 persen), Amerika 44 orang (5,47 persen), dan Jerman 41 orang (5,10 persen).

“Hasil data transportasi udara, jumlah penumpang yang berangkat mengalami peningkatan 11,07 persen dari 52.915 orang pada Desember 2022 menjadi 58.771 orang pada Januari 2023,” paparnya.

Menurut Asim Saputra, dari segi perkembangan ekspor dan impor, neraca perdagangan Sulut pada Januari 2023 mengalami surplus senilai US$ 60,17 juta. Dimana komoditas ekspor non-Migas terbesar masih didominasi lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) senilai US$ 46,07 juta atau 59,18 persen dari total ekspor.

Sedangkan untuk komoditas ekspor terbesar adalah bahan bakar mineral (HS 27) senilai US$ 14,26 juta atau 80,64 persen dari total impor.

Asim Saputra juga menyampaikan luas panen dan produksi padi pada tahun 2022, yakni untuk luas panen padi mencapai sekitar 58,20 ribu hektar dengan produksi sebesar 243,73 ribu ton GKG. Dan jika dikonversikan menjadi beras maka produksi beras pada 2022 mencapai 136,36 ribu ton.

(Noufryadi Sururama)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *