MANADO, SULAWESION.COM – Korps HMI Wati (KOHATI) Komisariat Teknik menggelar Seminar Nasional (Semnas) yang bertempat di Aula Wali Kota Manado, Sabtu (24/2/2024).
Semnas KOHATI Komisariat Teknik mengusung tema “Perempuan dan Cita-cita”.
Ketua Umum KOHATI Inayah Yusuf menjelaskan mungkin beberapa menimbulkan pertanyaan bahwa perempuan baiknya menikah dahulu atau karir terlebih dahulu?
Atau pertanyaan seperti apa fitrah perempuan dalam Islam? Dan masih banyak pertanyaan yang akan menimbulkan konflik hingga menjadi salah satu permasalahan sampai hari ini.
“Pernikahan dini sebenarnya bukan hal baru untuk diperbincangkan. Masalah ini sudah sering diangkat sebagai topik utama di berbagai diskusi. Masalah ini selalu menarik keinginan para kawula belia untuk menelisik lebih jauh tentang apa dan bagaimana pernikahan dini. Istilah pernikahan dini biasanya dikaitkan dengan waktu, ini hanyalah masalah waktu teman- teman sekalian,” jelas Inaya.
Seiring berkembangnya zaman image yang berkembang di masyarakat justru sebaliknya, arus globalisasi yang melesat sangat cepat banyak merubah paradigma berpikir masyarakat secara luas.
Pernikahan di usia yang sangat muda dianggap sebagai sesuatu yang tabu karena dipandang banyak membawa efek negatif khususnya pihak perempuan.
Fenomena pernikahan dini masih banyak dijumpai terutama di daerah-daerah yang minoritas rendah akan kesadaran pendidikan.
“Pernikahan dini berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal 5 kali lebih besar di banding perempuan yang berusia antara 20-25 tahun. Sementara anak yang berusia 15-19 tahun kemungkinannya 2 kali lebih besar,” beber Inayah.
Seorang psikiater menyatakan bahwa secara psikologis dan biologis, seseorang matang berproduksi dan bertanggung jawab sebagai ibu rumah tangga antara usia 20-25 tahun untuk perempuan dan 25-30 tahun untuk laki-laki.
Di tempat yang sama, Ketua HMI Komisariat Teknik Amanda Tessa Anang mengapresiasi sebesar-besarnya kepada pengurus KOHATI HMI Cabang Manado Komisariat Teknik dan panitia pelaksana yang telah menyelenggarakan seminar nasional tersebut.
“Kontribusi perempuan adalah sebuah keharusan karena itu perempuan Indonesia harus bergerak bersama melampaui sekat-sekat yang ada dalam mewujudkan cita-cita bersama,” ujar Amanda.
Menurutnya di era sekarang telah terbuka peluang yang besar bagi perempuan untuk berkontribusi lebih luas lewat penyampaian nilai-nilai dan pandangannya dalam berbagai bidang kepada masyarakat.
“Salah satu contohnya saya sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai ketua umum di hmi komisariat teknik, yang berarti sekarang perempuan juga memiliki kesempatan yang sama,” tandasnya.
Terpisah, Ketua Umum HMI Cabang Manado Ali sangat mengapresiasi kegiatan ini dengan penuh harapan untuk terus berjuang bagi para KOHATI dan perempuan Indonesia.
“Kami dari cabang sangat mengapresiasi kegiatan KOHATI ini, semoga ke depan KOHATI lebih dan mampu berkontribusi terhadap isu-Isu keperempuanan di Indonesia pada umumnya maupun Sulut pada khususnya,” harap Ali.
Diketahui seminar nasional ini menghadirkan dua narasumber yakni Prof Dr Apt Fatimawali MSi dan Prof Dr Ir Afriza Yelnetti Mp dan tamu undangan dari Komisariat HMI se-Cabang Manado, BT/BKI se-unsrat dan Rohani Islam (ROHIS).