MANADO, SULAWESION.COM – Kiat Hari Lahir (Harla) Himpunan Mahasiswa Halmahera Selatan (Hipma-Halsel) ke-XI di Manado sukses dengan sejumlah kegiatan.
Bertempat di Griya Sintesa Hotel, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), selain puisi, Harla Hipma Halsel menampilkan tarian adat Lalayon sekaligus dialog publik yang mengusung tema “Potret Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan”, Kamis (22/6/2023) malam.
Ketua Umum Hipma-Halsel Fatmawati Hasim dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada para sesepuh organisasi dan sejumlah tamu undangan lintas paguyuban Maluku Utara yang menyempatkan hadir memeriahkan kegiatan tersebut.
Fatma berharap jika Hipma-Halsel harus terus berproses melanjutkan roda organisasi yang telah dibangun.
“Saling peduli dan sapa agar paguyuban ini berjalan sebagaimana mestinya,” harapnya.
Fatma menambahkan ini merupakan panggung bersama sebab semua mempunyai hak dan tanggungjawab yang sama.
Sementara NS Irman Sowohi SKep selaku Pembina Hipma Halsel mengungkapkan dalam perjalanan organisasi ini tentu banyak dinamika yang sudah terlewati, Hipma-Halsel tak akan berjalan jauh ke depan kalau meninggalkan progres.
“Progres di dalamnya adalah mahasiswa, kita tidak berkutat pada wilayah kuantitas tapi lebih kepada kualitas,” ungkapnya.
“Karena kalau kualitas akan timbul inovatif dan kreatifitas yang akan dikembangkan,” sambung pria jebolan Universitas Muhammadiyah Manado ini.
Menurutnya para senior meletakan Hipma-Halsel menjadi instrumen untuk bercengkrama dan berdialektika agar mereka bisa tumbuh menjadi lebih baik ke depannya.
Ia kemudian menegaskan tiga poin penting kepada kader Hipma-Halsel sebagai suatu rujukan menjalankan roda organisasi yang progresif dan kritis.
“Saya tekankan tiga hal yang menjadi wilayah paguyuban ini, pertama tidak boleh lupakan silaturahmi yaitu prinsip kebersamaan sebagai bagian dalam silaturahmi. Kedua kita memperkuat ngaji, kita memperkaya intelektual untuk bagaimana kita memproduksi pengetahuan. Ketiga kita harus kaji, kaji untuk apa? Yaitu menerjemahkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk nyata apa yang kita dapatkan,” tegas Irman.
Irman menuturkan biarkan Hipma-Halsel tumbuh dengan keanekaragaman berpikir agar banyak perbedaan, dengan perbedaan akan ditemukan nuansa yang baru sekaligus sebagai bagian daripada pluralitas dialektika.
Di akhir sambutannya Irman mengatakan Hipma-Halsel Manado adalah wadah untuk dijaga bersama karena ini milik semua kader. ***