MAROS,SULAWESION.COM- Dalam upaya mewujudkan inklusi sosial yang lebih luas dan merata, Kemitraan Australia-Indonesia menggelar acara Inklusi Day 2023 di Dusun Tanete Bulu, Desa Bonto Manurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Acara ini diselenggarakan pada Sabtu (26/8/2023) dan berhasil mengumpulkan berbagai elemen masyarakat untuk membahas pembelajaran dan pencapaian bagi perempuan, anak-anak, dan individu dengan disabilitas.
Dusun Tanete Bulu, yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa, menjadi tuan rumah acara ini. Pegunungan yang memeluk dusun ini menjadi latar yang indah bagi pertemuan yang berfokus pada inklusi sosial ini.
Direktur Kemitraan, Dewi Rizki, menjelaskan bahwa Inklusi Day merupakan pertemuan tahunan yang berfungsi sebagai ajang pembelajaran sekaligus pencapaian bagi kelompok rentan dalam masyarakat.
“Tahun ini, kami memilih Kabupaten Maros sebagai lokasi acara karena kami mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten, terutama dari Bapak Bupati,” katanya.
Rizki menekankan bahwa tujuan utama dari program inklusi adalah untuk mewujudkan Indonesia sebagai tempat yang inklusif bagi semua lapisan masyarakat.
“Ini melibatkan pembelajaran budaya, pendidikan, dan juga aspek sosial ekonomi. Salah satu contoh yang menarik adalah pembuatan gula semut yang memiliki nilai ekonomi penting,” bebernya.
Salah satu aspek penting dalam inklusi adalah memberdayakan anak-anak, perempuan, dan individu dengan disabilitas dengan mengembangkan potensi mereka. Hal ini diharapkan akan meningkatkan aspek ekonomi di wilayah tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Konsul Jendral Australia di Makassar, Todd Dias, menekankan pentingnya memberikan hak yang sama bagi semua individu, terutama kelompok rentan, seperti masyarakat adat, penyandang disabilitas, dan perempuan.
Ia juga mencatat bahwa meskipun kemajuan inklusi telah dicapai oleh Australia dan Indonesia, tantangan tetap ada dalam memastikan partisipasi penuh dari seluruh lapisan masyarakat.
Dias berharap bahwa acara Inklusi Day akan mendorong lahirnya desa-desa inklusif. Ia menyatakan, “Saya sangat senang bisa menjangkau seluruh elemen dalam mewujudkan desa inklusi, desa yang mengakui, menghormati, memenuhi, melindungi serta melayani hak-hak seluruh warga desa, termasuk masyarakat rentan dan marjinal.”
Sementara itu, Bupati Maros, Chaidir Syam, juga berbagi pandangan serupa. Ia menjelaskan bahwa Maros telah berupaya untuk menjadi Kabupaten Inklusi dengan membangun desa inklusif di tingkat lokal.
“Saat ini, Maros telah memiliki 12 desa inklusi, dan tujuannya adalah menjadikan seluruh desa di kabupaten ini sebagai desa inklusif pada tahun 2024,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa pelayanan dan akses yang lebih baik kepada seluruh masyarakat adalah kunci dalam mencapai tujuan ini.
Acara Inklusi Day ini berlangsung selama tiga hari, dari 25 hingga 27 Agustus 2023. Pembukaan acara juga disertai dengan berbagai kegiatan sosial, seperti penyerahan bantuan sosial, dokumen kependudukan, paket alat sekolah, dan alat olahraga. Semua upaya ini merupakan langkah konkret dalam mewujudkan inklusi sosial yang lebih baik di wilayah tersebut.
Kegiatan ini juga tentunya dihadiri beberapa OPD dari Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, M. Idurs, Kepala Dinas Sosial, Suwardi, Kabalitbangda, Sulaiman Samad, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Alim Noor dan beberapa organisasi kepemudaan.