Suhartina Bohari Terus Lakukan Percepatan Penurunan Angka Stunting di Kabupaten Maros

Keterangan Gambar : Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohari (Indra Sadli/Sulawesion.com)

MAROS,SULAWESION.COM— Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros terus berupaya melakukan percepatan penurunan angka stunting. Salah satunya dengan melakukan Audit kasus stunting.

Melalui audit kasus stunting, dapat diidentifikasi risiko dan penyebab risiko dalam kelompok sasaran. Mulai dari calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca salin, baduta, dan balita.

Bacaan Lainnya

Hal ini dibahas dalam desiminasi audit kasus stunting di Ruang Pola Kantor Bupati Maros, Rabu (28/9/2022).

Kordinator BKBKR Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulsel, Ihsan mengungkapkan, penurunan stunting sebagai program prioritas nasional.

“BKKBN melakukan pendekatan dari tingkat terendah. Fokus pada pendampingan keluarga yang beresiko melahirkan anak stunting,” ungkapnya.

BKKBN ungkap Ihsan, memberikan fasilitasi data, untuk kemudian dilakukan pendampingan. Data hasil pendampingan tersebut selanjutnya akan dikonsultasikan pada pakar.

“Setelah dikonsultasikan pada pakar, hasilnya masing-masing desa ada yang beresiko berat. Butuh dilakukan intervensi dengan berkolaborasi bersama beberapa pihak, termasuk pemangku jabatan seperti kepala OPD,” tuturnya.

Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohari yang sekaligus ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) berharap usaha dan kerja sama seluruh pihak. Ia menyebutkan, pada era saat ini mencegah penyakit akan lebih ringan ketimbang harus mengobatinya di hari esok.

“Saya yang awalnya sama sekali tidak paham stunting kini malah sudah mendalami. Kita semua harus memiliki pengetahuan tentang itu (stunting), yang kita cegah ini efeknya,” katanya.

Wanita yang kerap disapa Hati ini juga menyebutkan, program yang dirancang nasional ialah bapak asuh. Khusus untuk Maros, pihaknya akan melakukan improve dengan membentuk keluarga asuh. Seorang bapak tetap memiliki peran utama mencegah dan mengedukasi atas kasus stunting.

“Jika namanya bapak asuh, statement kita hanya bapak saja yang harus berupaya. Untuk itu kita pilih keluarga asuh saja, semua ikut terlibat. Meskipun begitu, akan ada satu momen seorang ayah akan menunjukkan kepada anak gadisnya bagaimana kondisi keluarga yang terkena stunting,” pungkasnya. (*)

Indra Sadli

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *