Tokoh Literasi Sulsel Bandingkan Pembanugnan SDM di era Chaidir dan Hatta Rahman

MAROS,SULAWESION.COM – Tokoh Literasi penerima penghargaan tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI, Bachtiar Adnan Kusuma membeberkan sejumlah keberhasilan pemerintahan Chaidir Syam selaku Bupati Maros di bidang pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya literasi.

Ketua harian DPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Sulsel itu mengungkapkan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di masa kepemimpinan Chaidir Syam terus mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Mulai dari tahun 2021 di angka 72,32 persen, lalu di tahun 2022 72,93 persen dan di tahun 2023 mencapai 73,56 persen.

Bacaan Lainnya

“Jika dibandingkan era pemerintahan sebelumnya, IPM Maros pada tahun 2016 hanya diangka 67,76 persen dan pada 2019 di angka 69,57 persen. Artinya tingkat pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia jauh maju di masa Bupati, Chaidir Syam dari Hatta Rahman,” kata Bachtiar, Senin (14/10/2024).

Sementara di bidang literasi, kata dia, Indeks Pembangunan Literasi Manusia di era Hatta Rahman hanya di angka 29,90 persen sementara IPLM di masa kepemimpinan Chaidir Syam pada tahun 2023 melonjak di angka 83,57 persen dari dari tahun 2022 di angka 71,80 persen.

“Karena kepedulian beliau di bidang ini, pak Chaidir satu-satunya kepala Daerah dari Sulsel yang berhasil mendapatkan penghargaan tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI kategori pejabat publik di tahun 2022,” ungkapnya.

Menurut Bachtiar, dua indikator keberhasilan Chaidir Syam dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) itulah yang membuat sosoknya layak kembali memimpin Maros untuk periode keduanya. Ia pun mengaku heran jika, masih ada pihak yang mempertanyakan kinerja Chaidir Syam.

“Orang yang membandingkan pembangunan di era Chaidir dan pemerintah sebelumnya ini perlu melihat data kongkrit. Tidak berdasarkan perasaan apalagi prasangka. Ukurannya sangat jelas disitu, termasuk prestasi yang diukur dengan penghargaan,” paparnya.

Ia menjelaskan, pembangunan non fisik adalah proses pembangunan jangka panjang yang menempatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai daya pendorong perubahan suatu bangsa atau wilayah dan daerah. Namun, pembangunan di sektor itu tidak terlihat instan dan butuh proses panjang.

“Mengutip pernyataan Mark Levy, dalam bukunya salah satu bukunya, menegaskan kalau saat ini telah terjadi proses peralihan pembangunan fisik ke pembangunan non fisik. Pembangunan SDM itu tidak terlihat dalam waktu pendek, butuh proses panjang untuk dikatakan berhasil,” terangnya.

Sebelumnya, mantan Ketua DPRD Maros, Patarai Amir juga mengungkapkan kinerja pemerintahan Chaidir Syam dalam pembangunan infrastruktur. Selama menjabat, kata dia, Chaidir telah menggelontorkan Rp 1,2 triliun untuk sektor pembangunan fisik.

“Anggaran yang digelontorkan setiap tahun itu sama yang dilakukan oleh pemerintah era Pak Hatta Rahman. Tapi memang pak Hatta itu lebih fokus ke jalan. Nah pak Chaidir itu menyeluruh mulai jalan, jembatan hingga rumah sakit,” terangnya.

Patarai juga menegaskan, era Chaidir Syam yang hanya efektif bekerja hanya selama 3 tahun 7 bulan, mampu mengoleksi sebanyak 104 penghargaan baik di level lokal, nasional bahkan internasional.

Sementara, di era Hatta Rahman di periode awal ia menjabat selama 5 tahun, hanya mampu mendapatkan penghargaan sebanyak 46 penghargaan. Kalau hanya 3 tahun 7 bulan di periode awalnya, Hatta hanya meraih penghargaan sebanyak 22 penghargaan saja.(rls)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *