BLORA, SULAWESION.COM — Di balik topeng raksasa dan gerak meliuk nan garang, Barongan Blora menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar tontonan: ia adalah tarian roh-roh leluhur, pesan-pesan purba yang disampaikan lewat gerak, bunyi, dan ekspresi magis. Kesenian ini bukan sekadar warisan budaya, melainkan cermin jiwa masyarakat Blora yang kini mulai membuka mata dunia.
Hari itu, Rabu, 11 Juni 2025, ruang Sapta Pesona di kantor Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Blora tak hanya menjadi tempat pertemuan biasa. Di sana, sejarah kecil ditulis dalam tinta budaya, reorganisasi Perkumpulan Seni Barongan Blora digelar, menandai kelahiran semangat baru bagi seni tradisi yang sudah bertahan lintas generasi.
“Barongan Blora bukan hiburan. Ia adalah identitas. Ia adalah doa yang menari,” ujar H. Slamet Pamudji, SH., M.Hum., mantan Kepala Dinporabudpar Blora, dalam sambutannya yang menyentuh.
Dalam suasana yang khidmat sekaligus penuh harapan, Slamet menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada generasi penerus. Nurcahya Ariyanto, atau Anto Ging, resmi didaulat sebagai Ketua Umum periode 2025–2030, didampingi tokoh-tokoh muda seni lainnya, Adi Wibowo (Didik RGS), Suwanto (Harimo Kuncara), Heru Pujianto, dan Dio Ardi Nugraha.
Namun momen itu bukan sekadar pengukuhan struktur. Ia adalah pernyataan sikap: bahwa Barongan Blora tidak akan dibiarkan meredup di tengah gempuran zaman. Bahwa regenerasi adalah keniscayaan, bukan kompromi.
“Regenerasi ini bukan seremoni administratif. Ini adalah nyala baru bagi ruh budaya,” imbuh Slamet.
Barongan Blora sendiri telah memiliki legitimasi hukum melalui Kementerian Hukum dan HAM RI sejak 2021. Legalitas ini menjadi fondasi penting untuk bergerak lebih luas—ke pentas nasional, bahkan global. Namun misi kebudayaan ini jauh lebih besar dari sekadar dokumen.
Dalam setiap pementasan Barongan, terdapat narasi spiritual dan sosial. Topeng barong yang mengerikan bukan sekadar properti panggung, melainkan simbol penjaga harmoni. Iringan gamelan yang menggelegar adalah denyut nadi masa lalu, yang kini diperdengarkan kembali dengan semangat baru.
Kini, dengan kepengurusan yang lebih muda dan lebih adaptif, Barongan Blora tak sekadar dipertahankan, tapi disiapkan untuk diperkenalkan sebagai ikon budaya Indonesia yang autentik, berkarakter, dan penuh daya tarik global.
“Barongan adalah napas kolektif warga Blora. Kami akan menjaganya, menumbuhkannya, dan memperdengarkannya ke seluruh dunia,” ujar Anto Ging, sesaat setelah menerima mandat.
Ketika pertunjukan usai dan debu panggung mulai turun, satu hal tetap tinggal, gema jiwa leluhur yang menari di tubuh anak-anak zaman. Dan kini, dari Blora, gema itu mulai menyapa dunia.