BLORA, SULAWESION.COM — Di tengah dinamika pembangunan daerah, Paguyuban Bhakti Praja Kabupaten Blora menunjukkan komitmen yang tidak surut dalam memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Dalam forum curah pendapat yang digelar di Rumah Makan Kebun Jati, Kecamatan Blora, organisasi yang beranggotakan para mantan anggota dewan ini memantapkan langkah dengan mengusung filosofi pengabdian tanpa akhir.
Ketua Bhakti Praja, HM Kusnanto menegaskan bahwa pertemuan rutin bulanan tidak hanya menjadi sarana silaturahmi, tetapi juga ruang strategis untuk melahirkan ide-ide cemerlang demi kepentingan publik.
“Bhakti Praja hadir bukan hanya sebagai paguyuban, tetapi sebagai kekuatan moral yang terus memberi manfaat bagi masyarakat,” tegas Kusnanto yang juga menjabat Ketua DHC 45 Blora.
Dalam forum itu, Bambang Sulistya, memperkenalkan konsep Manajemen GG (Good Governance) yang berlandaskan prinsip Gratis-Gratisan, Gawe Guyu, Gawe Guyub, Gawe Gagasan, dan Golek Ganjaran.
“Prinsip ini adalah panduan agar setiap kegiatan berjalan dengan suasana kondusif, penuh kebersamaan, serta memberikan dampak positif bagi masyarakat,” ungkap Bambang.
Sekretaris Paguyuban, Budi Suryono, memaparkan berbagai kiprah sosial Bhakti Praja, mulai dari pembagian sembako bagi kaum dhuafa dan yatim piatu, bantuan air bersih saat kemarau, hingga pemberian masukan konstruktif kepada pemerintah terkait pelayanan publik.
“Selain itu, kami memupuk solidaritas internal dengan membudayakan kepedulian terhadap sesama anggota, termasuk menjenguk yang sakit dan takziah kepada keluarga berduka,” tambahnya.
Sejumlah ide segar muncul dalam diskusi, salah satunya usulan pengadaan armada tangki air dari bantuan pokok pikiran anggota dewan untuk memperkuat program bantuan air bersih di musim kering.
Tokoh LSM Ampera, Singgih Hartono, mengingatkan agar organisasi tidak melupakan kepedulian terhadap petani serta pentingnya menjaga kualitas beras dalam program pangan pemerintah.
Sementara itu, Abdul Ghoni, Ketua Yayasan Masjid Agung Baitunnur, menegaskan perlunya keseimbangan dalam bertindak dengan filosofi Jawa “Ngono yo ngono, tapi ojo ngono”.
Kusnanto juga mengapresiasi dukungan legislatif dan eksekutif. Legislator DPRD Blora memberikan dukungan dana pribadi untuk operasional, sementara OPD Kesbangpol turut meningkatkan kapasitas SDM Bhakti Praja melalui pelatihan.
“Masukan yang disampaikan dalam forum ini akan segera kami komunikasikan dengan Bupati dan Ketua DPRD agar dapat diwujudkan dalam program nyata,” ujarnya.
Menutup pertemuan, Kusnanto menegaskan bahwa Bhakti Praja akan terus memperkuat perannya dalam pembangunan daerah.
“Semangat kami sederhana: karya lebih berarti dari gaya, tindakan nyata lebih berharga daripada janji semata,” tegasnya.
Dengan filosofi Manajemen GG dan tekad pengabdian yang tiada henti, Bhakti Praja Blora siap melangkah lebih jauh, menjadi motor penggerak dalam mewujudkan Blora yang maju, berdaya saing, dan berkelanjutan.







