BLORA, SULAWESION.COM — Di tengah kemeriahan Hari Bhayangkara ke 79, Polres Blora memilih cara yang menyentuh hati: membedah rumah seorang warga miskin di Desa Pelem, Kecamatan Blora. Sosok yang mendapat perhatian adalah Ibu Suminah, perempuan sepuh yang selama ini tinggal dalam rumah tak layak huni di RT 02 RW 04. Lewat aksi sosial bertajuk ‘Polres Blora, Polri untuk Masyarakat’ kepolisian hadir bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi sebagai pelayan kemanusiaan.
Kegiatan berlangsung sejak pukul 10.00 WIB dan dihadiri langsung oleh Kapolres Blora AKBP Wawan Andi Susanto, didampingi Waka Polres Kompol Slamet Riyanto, jajaran pejabat utama Polres, Ketua BAZNAS Blora Sutaat, Camat Blora Hadi Praseno, Danramil 01/Blora, Kapolsek Blora, Kepala Desa Pelem Kusno, serta jajaran Bhayangkari.
Turut hadir pula elemen masyarakat lainnya seperti anggota Polsek, Koramil, organisasi perguruan silat, perangkat desa, dan warga sekitar yang ikut bergotong royong. Misi utama kegiatan ini adalah membangun rumah Ibu Suminah agar lebih layak, lebih aman, dan lebih manusiawi.
Dalam sambutannya, AKBP Wawan mengungkapkan bahwa kepedulian sosial adalah roh dari peringatan Hari Bhayangkara. “Alhamdulillah, hari ini kami mewujudkan kepedulian nyata. Ini bukan hanya rumah baru bagi Ibu Suminah, tetapi simbol harapan dan kepedulian Polri terhadap rakyat kecil,” tegasnya.
Momentum bedah rumah ditandai dengan prosesi simbolis pelepasan genting oleh Kapolres dan perwakilan unsur masyarakat, dilanjutkan penyerahan bantuan dana pembangunan, serta distribusi bantuan sosial kepada warga Desa Pelem yang membutuhkan.
Aksi sosial ini bukan sekadar program seremonial, melainkan upaya nyata memperkuat simpul hubungan antara institusi negara dan rakyatnya. Sinergi antara Polres Blora, Pemerintah Kabupaten Blora, BAZNAS, dan komunitas lokal membentuk satu barisan gotong royong dalam membangun kesejahteraan dari bawah.
Bagi Ibu Suminah, rumah ini bukan sekadar tempat berteduh, tetapi awal dari kehidupan yang lebih bermartabat. Bagi masyarakat Blora, ini adalah pesan kuat: bahwa negara hadir, dan kepolisian bisa menjadi sahabat rakyat dalam suka dan duka.
Acara ditutup dengan doa bersama, membawa harapan agar kepedulian sosial semacam ini terus mengalir, menembus sekat-sekat institusi, dan menjangkau lebih banyak kehidupan yang perlu disentuh.