BLORA, SULAWESION.COM – Dalam sebuah seremoni sederhana namun sarat makna di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, Kamis (5/6/2025), sebuah gerakan sosial besar kembali ditegaskan. Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, resmi melantik Pengurus Tim Penggerak PKK Kabupaten Blora Masa Bakti 2025–2030 dan Tim Pembina Posyandu Tahun 2025—dua kekuatan akar rumput yang diyakini menjadi penentu masa depan pembangunan manusia di Indonesia.
Lebih dari sekadar pelantikan, momen ini menjadi simbol dimulainya babak baru pemberdayaan masyarakat berbasis keluarga. Dalam pidatonya, Bupati Arief menyebut PKK dan Posyandu sebagai “arsitek kesejahteraan sosial” yang perannya kini jauh melampaui tugas administratif belaka.
Baca juga: Bupati Chyntia Kalangit Turun Lansung Bersihkan Sampah Plastik
“PKK bukan organisasi ibu-ibu. Ia adalah gerakan strategis yang harus merangkul laki-laki dan perempuan dalam satu misi: membangun keluarga tangguh dan masyarakat mandiri,” ujar Arief.
Dengan mengutip program nasional seperti ketahanan pangan dan makan bergizi gratis, Bupati menegaskan bahwa PKK harus menjadi penggerak lapangan yang mampu mengeksekusi visi besar negara hingga ke tingkat RT.
Posyandu juga disorot sebagai pilar layanan dasar yang kini menjalani transformasi besar. Mengacu pada Permendagri No. 13 Tahun 2024, Posyandu tidak lagi hanya untuk balita dan ibu hamil. Mereka kini resmi menjadi Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan yang mendukung enam bidang pelayanan dasar—mulai dari kesehatan, pendidikan, sosial, hingga ketertiban umum.
“Posyandu hari ini adalah ‘mini pusat layanan masyarakat’. Ia bukan sekadar menimbang balita, tetapi menjadi titik temu solusi berbagai persoalan sosial,” jelas Bupati.
Arief juga meminta agar Tim Pembina Posyandu segera menyiapkan kader-kader dengan kapasitas lintas sektor, memperkuat jejaring, dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan pendidikan tinggi.
Komando Perempuan Blora: Bergerak Tanpa Banyak Bicara
Ketua TP PKK Blora, Hj. Ainia Sholichah, SH, M.Pd.AUD, M.Pd.BI, menyampaikan bahwa pelantikan ini bukanlah titik akhir, melainkan awal perjuangan panjang.
“Kami tidak akan sekadar rapat dan seremonial. Kami ingin membawa perubahan. Kami ingin Blora punya wajah baru—dari desa, dari keluarga, dari perempuan yang bergerak,” tegasnya penuh semangat.
Ainia juga meminta doa dan dukungan masyarakat agar seluruh pengurus diberi kelancaran dalam merancang program-program nyata dan menjawab tantangan zaman.
Pelantikan ditutup dengan semangat kolektif yang dikemas dalam slogan lokal, Sesarengan mBangun Blora—yang secara harfiah berarti “Bersama-sama Membangun Blora”. Namun hari ini, slogan itu menggema lebih luas. Dari Pendopo, pesan itu seakan dikirim ke seluruh pelosok negeri: bahwa pembangunan sejati dimulai dari keluarga, dari desa, dan dari hati yang mau peduli.