BLORA, SULAWESION.COM — Tragedi kebakaran sumur minyak di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, terus menyisakan duka mendalam.
Hingga Senin siang (18/8), api masih menyala dan kepulan asap hitam membumbung tinggi di atas pemukiman. Insiden yang terjadi sehari sebelumnya menewaskan tiga orang, melukai dua lainnya, dan memaksa puluhan warga mengungsi.
Bupati Blora, Arief Rohman, bersama jajaran Forkopimda turun langsung ke lokasi kebakaran pada Senin pagi. Selain meninjau area terdampak, ia juga memberikan santunan serta dukungan moril kepada keluarga korban.
“Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya. Prioritas utama saat ini adalah memadamkan api dan menjamin keselamatan warga,” ungkapnya.
Tiga korban jiwa tercatat dalam insiden ini: Tanek (60), Wasini (50), dan Sureni (52). Sementara itu, Yeti (27) dan anak balitanya masih menjalani perawatan intensif di RS Sardjito Yogyakarta dengan kondisi kritis.
Kebakaran juga menyebabkan kerusakan rumah warga. Satu rumah rusak berat, tiga lainnya rusak sedang. Sekitar 50 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke rumah kerabat dan balai desa, di mana dapur umum telah didirikan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Menurut laporan BPBD Blora, kebakaran bermula dari aktivitas pengeboran yang memicu percikan api dan ledakan. Kobaran api lalu menyambar rumah warga hingga menimbulkan korban jiwa.
Pemkab Blora berkoordinasi dengan BPBD, Damkar, Satpol PP, dan Baznas untuk mengevakuasi warga, menyelamatkan ternak, dan menyalurkan bantuan darurat. Pertamina dan SKK Migas juga mengirim dukungan teknis berupa metode pengurugan sumur menggunakan tanah dengan bantuan alat berat, serta pemantauan melalui drone.
“Sebagian besar warga sudah kita ungsikan. Kami terus berupaya agar api bisa segera dipadamkan,” tegas Bupati Arief.
Bupati Arief mengingatkan agar masyarakat tidak lagi melakukan pengeboran minyak tanpa izin resmi. “Ini memang sumur masyarakat, tetapi tidak legal. Apalagi lokasinya di tengah pemukiman, risikonya sangat tinggi,” ujarnya.
Kapolres Blora, AKBP Wawan Andi Susanto, menambahkan bahwa penyelidikan masih berlangsung. “Kami sudah meminta keterangan sejumlah saksi. Setelah api padam, tim Labfor Polda Jateng akan melakukan penyelidikan mendalam. Pengawasan akan kami perketat agar insiden serupa tidak terulang,” tegasnya.
Tragedi di Blora kembali menguak sisi gelap pengeboran minyak ilegal yang kerap dilakukan tanpa standar keselamatan. Meski menjadi sumber penghidupan bagi sebagian warga, praktik ini berkali-kali berujung pada bencana mematikan.







