Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira saat menjadi pembicara di acara Green Press Community yang berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (9/11/2023). (Foto: GPC)
JAKARTA, SULAWESION.COM – Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengkritisi visi dan misi calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres) 2024 yang mendorong transisi energi.
Menurutnya transisi energi hanyalah solusi palsu yang justru menimbulkan krisis iklim.
Hal itu disampaikan Bhima saat menjadi panelis dalam ‘Forum Gagasan dan Komitmen Kepemimpinan Hijau Capres’ di acara Green Press Community yang berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (9/11).
Bhima menyebut visi dan misi para capres dan cawapres yang mendorong bioenergi-energi terbarukan yang berasal dari sumber biologis justru membawa dampak negatif bagi iklim. Khususnya karena penggunaan minyak kelapa sawit.
“Kita perlu lihat 2022, dorongan terhadap implementasi biodiesel B35 itu sudah menimbulkan krisis minyak goreng. Nah jadi ketika bicara transisi energi itu juga perlu dijaga jangan sampai terjebak pada solusi-solusi yang justru memperburuk iklim,” sebutnya.
“Sawit kalau enggak hati-hati (penggunaannya) memicu deforestasi dan alih fungsi lahan hutan,” sambung Bima.
Selain itu Bhima menyoroti program hutan tanaman energi dari kayu, menurutnya program tersebut justru berseberangan dengan program pensiun dini PLTU batu bara.
Sebab dengan adanya program tersebut umur PLTU batu bara justu diperpanjang. Program tersebut, kata dia, juga akan mengorbankan di hutan-hutan yang ada di Pulau Kalimantan hingga Papua.
Belum lagi dengan program yang memanfaatkan teknologi yang dapat menyimpan karbon di dalam tanah atau carbon capture storage yang menurut Bhima hanyalah lagi-lagi, sebuah solusi palsu.
“Nah jadi kita harus menjauhkan juga agenda transisi energi ini dari solusi-solusi palsu, kalau memang mungkin haruslah solusi yang berkeadilan,” tegas Bhima.
Green Press Community merupakan ajang perdana yang diorganisasi oleh SIEJ guna menghimpun ide dan memantik gerakan bersama untuk melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.
Berlangsung sejak Rabu (8/11), GPC menghadirkan berbagai learning session, talk show dan konferensi yang melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk pers, organisasi non-pemerintah dan mahasiswa.
(***)