Dari Roro Jonggrang ke Randublatung: Karnaval Budaya yang Menyulut Nasionalisme Generasi Muda

Karnaval HUT ke 80 RI

BLORA,SULAWESION.COM – Di tengah teriknya matahari siang, jalan utama Randublatung pada Rabu (20/8/2025) berubah menjadi panggung terbuka penuh warna. Ratusan pasang mata menatap kagum saat puluhan siswa SMK PSM Randublatung menapaki jalan dengan busana megah, membawa penonton seolah kembali ke masa lalu: ke kisah cinta, tipu daya, dan legenda yang melahirkan Candi Prambanan.

Mereka menampilkan drama kolosal Legenda Roro Jonggrang. Tidak sekadar pertunjukan, tetapi sebuah pesan mendalam yang berlapis: tentang cinta tanah air, keteguhan hati, dan kejujuran sebagai fondasi perjuangan bangsa. Dengan tema “Cinta dan Keteguhan”, penampilan itu menyedot perhatian dan akhirnya menyabet juara pertama tingkat SMA/SMK.

Sebanyak 70 siswa bergerak serempak, menghadirkan harmoni antara seni peran, tari tradisional, musik lesung, hingga gunungan wayang yang diarak megah. Roro Jonggrang tampil anggun dengan kebaya dan hiasan kepala emas, sementara Bandung Bondowoso gagah dalam balutan kostum prajurit Jawa. Bahkan Buto Candi, tokoh raksasa, sukses menghidupkan ketegangan cerita.

Suara lesung bertalu, denting gamelan berpadu, dan sorak sorai penonton menciptakan atmosfer yang jarang hadir di jalanan kecil Randublatung. “Seperti melihat Prambanan hidup kembali,” ujar seorang warga dengan mata berbinar.

Bagi Kepala Sekolah SMK PSM Randublatung, Mulyono, S.Pd, karnaval bukan sekadar hiburan. Ia adalah ruang belajar yang lebih luas.

“Kami ingin siswa tidak hanya belajar teori di kelas, tapi juga mengasah karakter, keberanian, dan kreativitas. Karnaval ini adalah laboratorium budaya,” ujarnya.

Pernyataan itu diamini Ketua Panitia, Sunari, S.Pd.I, yang menekankan arti penting karnaval di era globalisasi.

“Saat budaya populer global begitu dominan, generasi muda harus menemukan pijakan identitasnya. Dan budaya lokal adalah fondasi itu,” tegasnya.

Bagi para siswa, pengalaman ini tidak terlupakan. Ariel, yang memerankan Bandung Bondowoso, bahkan menyebutnya sebagai pengalaman paling berkesan sepanjang masa sekolah.

“Saya bangga bisa mempersembahkan sejarah dan budaya bangsa di hadapan masyarakat. Rasanya seperti ikut menjaga warisan nenek moyang,” katanya dengan senyum lebar.

Kisah Roro Jonggrang yang mereka pentaskan menyiratkan pesan universal: cinta dan tekad harus berpijak pada kejujuran. Sebuah nilai yang sejalan dengan semangat kemerdekaan Indonesia. Karena itu, bagi banyak penonton, penampilan ini bukan hanya tontonan, tetapi juga pengingat akan jati diri bangsa.

Ketika karnaval berakhir, tepuk tangan panjang membahana. Masyarakat Randublatung menyaksikan lebih dari sekadar parade seni; mereka menyaksikan generasi muda yang mencoba meneguhkan identitas bangsa di tengah derasnya arus globalisasi.

Dengan moto sekolah “Berprestasi dengan Akhlak, Santun dalam Bersikap, Unggul dalam Keahlian”, SMK PSM Randublatung membuktikan bahwa pendidikan bisa lebih hidup, penuh warna, dan mampu menghubungkan masa lalu dengan masa depan bangsa.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan