Dibalik Angka Harapan Hidup, Ada Harapan Baru dari Blora untuk Lansia Tangguh dan Bahagia

Kepala Dinkesda Blora, Edi Widayat, S.Pd., M.Kes., M.H dan para senior dari berbagai organisasi seperti PWRI, LVRI, Pepabri dan IPPK Blora

BLORA,SULAWESION.COM- Di tengah laju pertambahan usia penduduk Indonesia, Pemerintah Kabupaten Blora mengambil langkah progresif dalam merespons tantangan dan peluang populasi lansia yang terus meningkat.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, proporsi lansia di Indonesia melonjak dari 7,6 persen pada 2010 menjadi 12 persen pada 2024.

Bacaan Lainnya

Angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring meningkatnya angka harapan hidup yang kini mencapai 74,2 tahun di Blora-lebih tinggi dari rata-rata nasional yang berada di angka 72 tahun.

Menyikapi hal tersebut, Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora menggelar kegiatan edukatif bertajuk “Merawat Lansia, Merawat Bangsa”, sebagai bagian dari peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ke-29.

Kepala Dinkesda Blora, Edi Widayat menegaskan pentingnya pendekatan promotif dan preventif dalam meningkatkan kualitas hidup para lansia.

“Makin bertambah usia, secara alami terjadi penurunan fungsi tubuh seperti mobilitas, penglihatan, pendengaran hingga imunitas. Maka intervensi sejak dini melalui edukasi, deteksi dini, serta pemberdayaan lansia sangat diperlukan,” ujar Edi saat membuka kegiatan di Gedung Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Selasa 3 Juni 2025.

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain melalui senam kesegaran jasmani, penyuluhan kesehatan, serta pendampingan psikososial. Kegiatan ini diikuti oleh para senior dari berbagai organisasi seperti PWRI, LVRI, Pepabri dan IPPK Blora.

Tak hanya aspek fisik, perhatian juga diarahkan pada kesehatan mental lansia. Dalam sesi bertema “Menjaga Mental di Masa Lansia”.

dr Emanuel Wibawaningsih menyampaikan bahwa banyak lansia mengalami tekanan psikologis akibat kesepian, stres, dan rasa tidak berguna.

“Lansia yang sehat mental adalah mereka yang tetap aktif, kreatif, punya pola hidup teratur, serta mendapatkan dukungan emosional dari keluarga,” ujarnya.

Dengan metode penyampaian yang interaktif, dr Emanuel memanfaatkan kuis lagu dan diskusi terbuka untuk membangun suasana hangat dan menyenangkan. Suasana hidup dan penuh canda tawa, bahkan diwarnai dengan hadiah doorprize untuk peserta aktif.

Salah satu pertanyaan menarik yang mencuat adalah apakah budaya menghujat dan memfitnah termasuk gejala gangguan mental. Dengan tenang dan tegas, dr Emanuel menjawab:

“Orang-orang yang gemar menghujat dan memfitnah adalah bagian dari kelompok yang sedang mengalami gangguan mental,”ungkapnya.

Kegiatan ditutup dengan senam pinguin yang lucu dan menggugah semangat para peserta. Sebuah pantun disampaikan sebagai penutup yang penuh makna:

“Buah pisang dan buah pepaya, Buah bergizi untuk para lansia, Jagalah imunitas diri dan tutur kata, Agar hidup sehat, produktif, dan bahagia.”

Langkah progresif Blora ini menjadi contoh nyata bahwa merawat lansia bukan sekadar tugas sosial, melainkan investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Sebab di balik rambut yang memutih, tersimpan pengalaman dan kearifan yang menjadi pilar kebudayaan dan peradaban.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan